Senin, 28 September 2009

KALBAR DI MASA PERANG DUNIA II

Masa Awal Pemerintahan Pendudukan Militer Jepang di Kalbar
Oleh: Syafaruddin Usman MHD

Pada 19 Junigatsu 2601 (19 Desember 19410 kota Pontianak diserang 9 pesawat pembom Jepang. Masyarakat mulai hidup dalam ketidakberanian atas peperangan. Maka kemudian, 28 Ichigatsu 2602 (28 Januari 1942) politik bumihangus dilakukan. Kemudian, 29 Ichigatsu 2602 balatentara Dai Nippon mulai memasuki dan menduduki Kota Pontianak. Sejak hari itu pula sistem pemerintahan dikendalikan balatentara Dai Nippon.

Sejak 29 Ichigatsu 2602 (29 Januari 1942), pmerintahan Kalimantan (Borneo) Barat dikendalikan Gunseibu, untuk seterusnya dilanjutkan atau digantikan Minseibu. Pada 20 Jugatsu 2602 bertempat di Gedung Kaigun Kaigisjo Pontianak dilangsungkan rapat pemerintahan Borneo Barat. Balatentara Jepang mendarat pertamakali di Kalimantan Barat, mulai dari Pemangkat 26 Ichigatsu 2602. Dua hari kemudian, 28 Ichigatsu 2602, pasukan ini bergerak dan menduduki Pontianak, seterusnya menduduki Singkawang, Mempawah dan sekitarnya.

Pada 29 Ichigatsu 2602 (29 Januari 1942) tiba di Pontianak Opsir Nippon, Morita, sebagai pimpinan sementara Dai Nippon untuk Kalimantan Barat, baik sipil maupun militer. Selanjutnya sebulan kemudian, Februari 1942, Morita diganti Izumi sebagai gunseibu. Izumi segera mengaktifkan media massa propaganda Borneo Barat Shinbun (BBS) dan merestui dibentuknya Nis Sin Kwai. Dengan peralihan kekuasaan atas Kalimantan Barat dari Rikugun ke Kaigun, maka Izumi digantikan kuno. Kuno kemudian digantikan S Yoneda yang meneruskan kekuasaan pemerintahan selanjutnya.

Di masa Yoneda selaku gunseibu Kalimantan Barat, selain Nis Sin Kwai (NSK), ia membolehkan untuk terus aktif 3 organisasi lain. Masing-masing Indo Djin Djijoe Renmei (Indian Independence League) Pontianak, Serikat Dagang Indonesia Pontianak (Sadip) dan Sin Boku Kai (Pervindo).

Indo Djin Djijoe Renmei (Indian Independence League, IIL Pontianak) terdiri dari Kernal Singh, V Tarachand, Lilaram, Md Joesoef, A Madjid, MRE Ponnusamy dan Lekhoomal. Adapun Sadip terdiri dari Nasroen gelar Radja Soetan Pangeran (Ketua), M Rasad (Wakil Ketua), MK Soekimo (Penulis), M Tahir H Arip (Bendahara) dengan anggota pengurus Ramli HM Tahir, M Joesoef, H Djafar H Abdoerrasjid, Jasid gelar Soetan Roemah Tinggi, H Badroeddin H Abdul Fattah, Goesti Mohammad Poetra, MK Indera Mahjoeddin, H Harahap dan Ranie Soelaiman. Adapun Sin Boku Kai (Pervindo) terdiri dari A Kismet (Ketua), Natarsjah (Ketua Muda), HM Aboebakar (Penulis), SS Faizulla (Bendahara) dengan anggota Goelam Abbas bin Abdoel Hoesein, Govindabaij, HM Abdullah, Lilaram, A Madjid dan Lalsingh serta penasehat Kernal Singh dan Lekhoomal.

Pada 13 Shichigatsu 2602 (13 Juli 1942, Senin) untuk pertamakalinya sejak dibentuk Februari 1942, diadakan rapat pengurus organisasi Nis Sin Kwai (Nissinkwai, NSK), bertempat di Sositeit Medan Sepakat di Landraadweg (Jalan Jenderal Urip Pontianak sekarang). Rapat dibuka Ketua Nissinkwai Notosoedjono (Rd Pandji Mohamad Dzoebier Notosoedjono). Dipertegas dalam rapat pengurus tersebut, bahwa: “…organisasi ini dibentuk dengan maksud jaitoe hendak mentjahari soeatoe persatoean jang kekal dan kemadjoean diantara kita bangsa2 Asia seloeroehnja …”

Dijelaskan juga, “… karena itoe djoega pendirian dan Nis Sin Kwai disni boekan sadja mendapat persetoedjoean dari pembesar2 militer Nippon disini, tapi poela mendapat sokongan, seperti andjoeran dari pihak atasan soepaja sekalian pegawai2 negeri mesti memasoekkan dirinja dalam perserikatan ini …”

Semboyan organisasi ini (Nis Sin Kwai) adalah Hidoeplah Dai Nippon! Hidoeplah Nis Sin Kwai! Hidoeplah Asia Raja! Berdasarkan Azas dan Toedjoean atau Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga-nya dijelaskan: Nis berarti Nippon, Sin artinya wakil masyarakat, dan Kwai artinya perserikatan atau organisasi. Ditegaskan pula, “…oentoek akan dapat mentjiptakan persatoean jang dikandoengnja itoe, maka tiap2 orang jang telah masoek dalam Nis Sin Kwai mesti bekerja dengan sedapat2nja mempropagandakan tjita2 dari partainja, baik dengan moeloet, maoepoen dengan toelisan, sehingga tertjapailah angan2 dan tjita2 dari partai Nis Sin Kwai ini …”

Pada 15 Shichigatsu 2602 (15 Juli 1942, Rabu), sejak hari ini pelaksana pemerintahan pendudukan Dai Nippon dialihkan dari semula Rikugun Gun Sei Bu (Gunseibu) kepada Kaigun Min Sei Bu (Minseibu). Struktur pemerintahan sebagaimana struktur pemerintahan di masa kolonial Belanda, sebelum Perang Dunia II, di Kalimantan Barat, tidak mengalami perubahan. Sebagai Min Sei Bu Shutcho Sho diangkat Kenkichi Kuno (K Kuno) dengan sebutan Shutchosho Cho Dai Nippon Kaigun Min Sei Bu atau Pembesar Kantor Min Sei Bu Borneo Barat Cabang Pontianak.

Sebelumnya, sejak pendudukan Pontianak, jabatan ini dijabat oleh S Izumi dari Gunseibu (Angkatan Darat) Dai Nippon Teikoku. Izumi menjabat antara Desember 1941 sampai 15 Juli 1942. Bersama Izumi, pimpinan pasukan Angkatan Darat atau Kepala Pasoekan Bintang selama ini dijabat oleh Omino. Beberapa pejabat teras lainnya seperti Okoeda, Watanabe dan Sakano yang bertugas di Singkawang.

Pada 17 Hachigatsu 2602 (17 Agustus 1942), memulai jabatannya memerintah di Pontianak, S Joneda, selaku Borneo Minseibu Pontianak Shibu-Cho. Joneda adalah pembesar militer Jepang yang menggantikan Kuno, peabat atau penguasa militer sebelumnya. Pada 9 Kugatsu 2602 (9 September 1942), organisasi Parindra Kalimantan Barat membubarkan diri atas tekanan pemerintah Dai Nippon. Pembubaran itu didasarkan pada Undang Undang Nomor 23 dari Balatentara Dai Nippon di Jakarta, serta diberlakukannya peraturan larangan untuk berkumpul sejak 27 Juli 1942 yang memang sudah ditetapkan sebelumnya. Pernyataan pembubaran itu ditandatangani Majelis Daerah Parindra Kalimantan Barat yang terdiri dari Ranie Soelaiman, Hidajat Ismail, Notosoedjono, dr RMA Diponegoro dan Mohd Tahir.

Pada 30 September 1942 diumumkan susunan pemerintahan di Pontianak, masing-masing Sigeeda (Bidang Pemerintahan), Kuno (Keuangan), Ishida 9ekonomi) dan Urusan Umum dirangkap Yoneda. Pada hari yang sama diumumkan pula kepengurusan Pontianak Ishutsunyu Kumiai, terdiri dari Ketua Lim Ek djoe dengan anggota Yanagisawa, K Ogawa, Ng Ngiap Soen, Tjhin Tjhong Hin, Nasroen gelar Radja Soetan Pangeran, H Abdullah Fattah, Rohana, Sj Abd b Sj Aboebakar, dan Tarachand.