Kamis, 01 Oktober 2009

SAKIT ITU SEHAT

Sakit itu Sehat
* Gapai Hikmah di Balik Musibah
Oleh: Syafaruddin Usman MHD & Isnawita Din

Kesadaran Jernih
Derita penyakit yang kita rasakan tidak boleh hanya berhenti pada kesadaran jernih semata dalam melihat berjalannya roda waktu secara perlahan-lahan, melainkan harus bermuara pada pertanyaan introspektif kontemplatif: apakah aku telah mengukir waktu-waktuku sebelum ini dengan aneka kebajikan dan pengabdian atau justru dengan keburukan dan kedurhakaan? Apakah bentangan usia yang telah kulalui selama ini sudah aku renda dengan puspa ragam kearifan dan ketaatan atau malah aku rajut dengan berbagai kelalaian dan kemaksiatan?

Derita penyakit yang kita rasakan harus menghadirkan kegelisahan eksistensial semacam itu. Mengapa demikian? Karena umur manusia merupakan modal yang setiap saat selalu berkurang dan akan sia-sia bahkan membawa celaka apabila tidak diinvestasikan dalam pengabdian kepada Zat Yang Maha Memiliki Waktu. Waktu setahun atau sebulan, kegiatan sehari atau hanya beberapa jam, bahkan satu detik napas yang baru saja kita embuskan tidak akan pernah kembali lagi kepada kita. Kita tidak bisa menarik kembali momen itu untuk hadir sekarang.

Nestapa yang hadir melalui penyakit itu mengajak kita untuk menghargai kehadiran sang waktu. Waktu yang dulu tidak bernilai sedikit pun, kini menjadi begitu bermakna bagi kita. Bagaimana tidak sangat bermakna apabila dengan sejenak putaran waktu itu bisa mengantarkan kita meraih puncak kebahagiaan atau kesengsaraan abadi, menggenggam kemenangan hakikat hidup atau kekalahan mutlak, membawa kita sampai ke singgasana Tuhan atau membuat kita terperangkap dalam cengkeraman setan, menyebabkan kita memasuki istana surga atau malah menjerumuskan kita ke dalam lembah neraka kelak?

Karenanya, seandainya kita tidak mampu mensyukuri penyakit yang kita derita, bersabarlah bersamanya. Percayalah, penyakit itu akan mengajarkan kepada kita agar menghargai sang waktu dan mengukirnya dengan berbagai lukisan kebajikan, ketaatan, kearifan, dan pengabdian yang akan membuat Tuhan dan para malaikat Nya tersenyum bangga sehingga membuahkan kebahagiaan abadi.

Bersahabat dengan Penyakit
Sungguh seekor kuda lebih baik dipecut dengan keras sehingga menjadikannya kuat, gesit, tangkas, dan memenangkan perlombaan pacuan kuda, daripada dibelai terus menerus namun justru membunuh karakter dirinya sebagai hewan berpacu. Dengan alasan inilah kita yang tengah dirundung penyakit untuk tetap bersyukur, bukan mengeluh.

Kita yang tengah diselimuti kenestapaan hidup, penyakit, janganlah kita selalu mengeluhkan penyakit kita yang bisa mengantarkan satu detik kesengsaraan itu setara dengan seribu menit ibadah, serta bisa menyebabkan umur kita bertambah panjang. Karenanya, bersyukurlah atas anugerah penyakit yang Dia titipkan sejenak kepada kita.

Hadis riwayat Ahmad: Jika Allah menurunkan ujian kepada seorang hamba yang beriman dengan suatu ujian penyakit pada tubuhnya, maka Allah memerintahkan para malaikat Nya: Catatlah amal kebajikan untuknya. Jika Allah menyembuhkan hamba itu, maka Dia telah membersihkan dan menyucikan segala kesalahannya. Dan bila hamba itu sampai meningal dunia, maka Dia juga telah mengampuni dosa-dosanya dan memberikan rahmat kepadanya.

Hikmah Adanya Penyakit
Penyakit sengaja dihadirkan oleh Allah dalam kehidupan umat manusia untuk menyadarkan kita tentang ketidakabadian dunia. Kesadaran jernih itu hadir, terutama ketika kita sakit parah atau kronis. Allah sengaja kirimkan penyakit itu untuk menghancurkan seluruh hasrat palsu duniawi kita. Makanan dan minuman yang paling lezat kesukaan kita dulu, kini sudah tidak membuat kita berselara lagi. Semuadanya terasa hambar, hampa, atau pahit di lidah kita. Kecantikan paras wanita dan keseksian tubuhnya yang sebelumnya sangat menggoda nafsu kita, sekarang sudah tidak membuat kita bergairah sedikit pun.

Bahkan kemewahan, kekayaan, kesenangan, dan pangkat jabatan yang dulu begitu menjadi obsesi kita, hari ini menjadi hilang semua pesonanya. Penyakit itu membawa kita dari level pengetahuan menuju penghayatan, dari pemahaman menuju merasakan, dan dari pengertian memasuki wilayah pengalaman. Ternyata derita penyakit yang kita rasakan mampu mendidik kita untuk mencicipi secercah kearifan hidup.

Kita yang ditimpa penyakit hendaknya mengungkapkan pujian syukur kepada Nya sebab penyakit itu merupakan sebentuk kasih sayang Nya, walaupun secara jasmaniah terasa sangat menyakitkan. Apabila penyakit itu teramat memayahkan dan menyiksa kita hingga tak tertahankan, hendaklah kita untuk berlindung kepada Allah agar Dia berkenan mengaruniai benteng kesabaran. Akhirnya, bukankah lebih baik kita meminum beberapa butir obat yang terasa begitu pahit di tenggorokan namun akan menyebabkan tubuh kita kuat dan sehat, ketimbang kita menenggak sebotol sirup yang terasa sangat manis di lisan kita tetapi akan membuat tubuh kita ringkih, rentan, dan sakit?

Selalu Ingat Kematian
Dikatakan bahwa dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang lebih pasti daripada datangnya kematian. Ketika waktunya tiba, sang malaikat maut akan memburu sasarannya tanpa pilih kasih dan penundaan. Maut datang menjemput para penguasa di tengah-tengah tampuk kekuasaan mereka, sebagaimana maut datang menyambangi jutaan rakyat jelata di tengah-tengah penderitaan mereka. Maut mengunjungi kaum pria dan wanita, golongan kaya dan orang-orang tak punya, kaum tua dan anak-anak muda, bahkan tidak jarang dia melipat nyawa anak-anak balita.

Al Quran mengabarkan keniscayaan universal ini: Di mana saja engkau berada, kematian akan menjemput engkau, kendati pun engkau berada di dalam benteng yang tinggi lagi koko (QS Al-Nisa: 78). Al-Quran berulang-ulang mengingatkan tentang kepastian datangnya kematian tersebut.

Kematian merupakan salah satu kepastian yang aling kita lupakan. Walaupun hampir tiap hari kita menyaksikan wajah kematian di televisi, surat kabar-surat kabar, atau tetangga dan keluarga kita sendiri secara langsung, kita tidak pernah mengingat tentang kematian diri kita sendiri. Kematian tidak pernah kita jadikan obyek tafakur renungan kita. Seolah-olah kita akan hidup abadi dan kematian tidak akan mengunjungi hidup kita.

Penyakit hadir dalam kehidupan kita untuk mengingatkan sekaligus mempersiapkan datangnya kematian. Walaupun penyakit tidak pasti mengantarkan kita menuju pintu kematian. Inilah hikmah penyakit kali ini, yakni agar kita waspada dan bersiap-siap menyambut datangnya kematian.

Bekal Sebelum Dijemput Maut
Sesuatu yang paling sulit kita hindari dalam kehidupan ini kalau enggan berkata tidak mungkin adalah perbuatan dosa. Tak seorang pun di antara kita yang streil dengan yang namanya dosa. Entah kita melakukan dosa besar atau kecil, entah mengerjakan dosa dengan sadar atau tanpa kita sadari, secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, dosa-dosa lahiriah ataupun dosa-dosa ruhaniah, satu hal yang pasti kita tentu pernah terjebak dalam perbuatan yang mengundang murka Tuhan tersebut.

Tidak setiap orang mau dan mampu melakukan taubat atas dosa-dosa yang telah mereka kerjakan. Hampir setiap kita mempunyai dosa-dosa entah kita sadari atau tidak. Padahal dosa-dosa ini akan mendatangkan azab yang sangat mengerikan dari Allah di alam kubur, lebih-lebih di akhirat kelak. Kita semua tahu akibat yang amat dahsyat ini. Tapi biasanya kita enggan bertaubat atau kita menunda-nunda taubat kita. Kalaupun kita bertaubat, biasanya taubat kita tidak sepenuh hati, sehingga dosa-dosa kita belum terhapuskan juga.

Untuk itulah sebelum malaikat maut menjemput kita, dengan kasih sayang Nya Allah kirimkan penyakit kepada kita, sehingga ketika kita menghadap Nya kita sudah bersih dari segala dosa-dosa dan terbebaskan dari siksa Nya. Dengan menurunkan penyakit sejenak di dunia ini, Allah membebaskan kita dari azab Nya yang abadi di yaumul hisab kelak. Bukankah fakta tersebut merupakan sebentuk kasih sayang Nya yang indah kepada kita?

Tidak setiap orang terkena penyakit. Ini barangkali terdengar naif, tapi coba perhatikan fakta ini. Bukankah dalam kehidupan ini waktu sehat yang kita alami jauh lebih lama daripada masa sakitnya dan orang-orang yang sehat jauh lebih banyak ketimbang orang-orang yang sakit? Dan yang lebih menakjubkan lagi, bukankah sering kita saksikan orang-orang yang ahli maksiat tidak pernah tersentuh penyakit sedikit pun sampai sang maut menjemput napas kehidupan mereka?

Mengapa Allah Ciptakan Penyakit
Seringkali kita lihat dalam kehidupan ini orang yang sedang berada dalam puncak kesenangannya, menikmati puncak kemewahan dan kedudukannya, namun tiba-tiba maut datang menjemput mereka. Kematian datang seketika saat mereka lalai kepada Tuhanya. Ada yang mati secara mendadak karena kecelakaan, ada juga yang mati tanpa diketahui penyebabnya..

Mengapa Allah menciptakan sesuatu yang mengerikan, menyedihkan, dan menyakitkan di alam semesta ini di samping sesuatu yang menakjubkan, membahagiakan, dan menyenangkan? Secara spesifik, mengapa ketenangan, kedamaian, dan ketenteraman hidup manusia diguncang oleh Allah dengan berbagai prahara penyakit? Dengan ungkaan yang agak filosofis, mengapa Dia menciptakan duri-duri yang menyakitkan di sekeliling keindahan bunga mawar yang memesona?

Allah menciptakan semesta jagat raya beserta isinya termasuk kehidupan manusia dengan segala pernak-pernik yang mewarnainya adalah untuk memanifestasikan Asma-asma Nya secara aktual. Jika kita melihat seluruh fenomena alam semesta dengan segala hal yang berada di dalamnya termasuk warna-warna kehidupan umat manusia melalui jernihnya kesadaran akal dan mata jiwa kita, niscaya kita akan menyaksikan stempel Asma-asma Allah terpahat pada setiap lembaran alam semesta dan kehidupan manusia secara transparan.

Melalui perantaraan penyakit, kita dibuat lemah tak berdaya agar kita merintih, bersimpuh, serta berlindung ke hadirat keagungan Asma Allah, Asy Syafii Sang Maha Penyembuh. Perlindungan itulah yang diisyaratkan oleh firman Allah dalam Al-Quran melalui lisan khalilullah Nabi Ibrahim as: Dan jika aku menderita sakit, maka hanya Dialah yang memberikan aku kesembuhan (QS Al-Syuara: 80)

Kita tidak berhak untuk mempertanyakan apalagi menggugat segala kebijakan yang telah Dia titahkan kepada kita. Bukankah dengan penyakit itu, walaupun sungguh menyakitkan, Allah telah mengnalkan kepada kita kesakralan Asma-asma Nya secara faktual?


Hikmah Prahara Kehidupan
Berbagai musibah yang terjadi merupakan peringatan Ilahi dan sarana Tuhan untuk menyadarkan kealpaan manusia. Penyakit pun merupakan sarana yang sangat ampuh dalam menjaga kita dari segala macam kemaksiatan. Penyakit itu hadir justru untuk menyehatkan manusia. Sesungguhnya seringkali Allah memberi penyakit justru untuk menyembuhkan kita.

Dia lemparkan penyakit-penyakit jasmani untuk menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani kita. Dia lumpuhkan tubuh kita dengan aneka penderitaan demi mengusir penyakit-penyakit kalbu dalam jiwa kita. Dia hempaskan diri kita dalam kelemahan, ketidakberdayaan, dan kehinadinaan, dan kesombongan keluar dari perasaan, benak, batin, dan seluruh sendi kehidupan kita.

Cinta dan kasih sayang Tuhan acapkali menyapa hamba-hamba Nya di luar hasrat keinginan manusia. Tuhan memiliki cara yang tak terhingga dalam membentangkan busana cinta Nya kepada kita. Prahara kehidupan berupa kesulitan, kesengsaraan, kenestapaan, dan penyakit memang sering kali mengakhiri kesenangan, kegembiraan, ketenangan, dan kenikmatan hidup yang kita rasakan selama ini. Namun satu hal yang pasti, bukankah tidak jarang penyakit itu juga yang telah menyelamatkan hidup kita yang tak keruan, berantakan, dan tidak diridhai Tuhan sebelumnya?

Bila kita sudah mampu memahami fakta ini, kita akan dapat menangkap makna pesan orang-orang arif berikut: Sebagaimana di dalam kesenangan itulah letak kehidupan sekaligus kematian kita, maka di dalam nestapa penyakit itu pula hadirnya kematian sekaligus kehidupan kita. Matinya segala penyakit hati kita dan hidupnya akhlak ruhani kita. Sungguh tidak berlebihan bahwa penyakit merupakan sebuah karunia Ilahi bagi sebagian umat manusia, sekaligus hadiah terindah dari Tuhan Yang Maha Pengasih.

Percayalah, seandainya kita sedang sakit, maka penyakit itu merupakan hadiah terindah dari Tuhan Yang Maha Penyayang untuk menjaga kita dari segala macam bentuk perbuatan yang tidak diridhai Nya.

Psikologi Kematian
Dalam kehidupan ini, apakah sesuatu yang paling menakutkan bagi kebanyakan kita karena memutuskan dari segala bentuk kesenangan duniawi? Jawabnya adalah kematian. Dan apakah sesuatu yang paling dekat dalam mengantarkan kita menuju pintu kematian? Jawabnya adalah penyakit. Itulah sebabnya ketika penyakit menyambangi ketenangan hidup kita, kita akan mencari pengobatan ke mana pun.

Penyakit menjadi bumerang bagi kebanyakan kita karena ia menghadirkan bayangan maut ke hadapan kita. Akibatnya maut menjadi sesuatu yang sangat menggelisahkan, mengerikan, dan begitu mencekam. Di sini penyakit menyuguhi kita sebuah lensa yang keruh dalam menatap wajah kematian dan segala peristiwa di baliknya. Padahal, melalui cahaya keimanan dan keyakinan, penyakit menawarkan kita sebuah perspektif positif yang jernih dalam memandang kematian dan segala kejadian setelahnya.

Bagi orang yang beriman, kematian merupakan akhir dari beban tugas kehidupan duniawi. Ia adalah sebentuk pembebasan dari segala bentuk pengabdian yang berupa pengajaran dan latihan di atas panggung ujian duniawi. Ia adalah gerbang yang mengantarkan kita bisa berjumpa kembali dengan sembilan puluh sembilan kekasih dan orang-orang yang kita kasihi yang telah pergi menuju alam ukhrawi. Ia juga merupakan sarana yang membawa kita memasuki tanah air hakiki dan permadani yang kekal untuk menggapai kebahagiaan abadi.

Kita hijrah dari pengapnya penjara dunia menuju indahnya taman-taman surga. Dan kematian pun merupakan kesempatan yang paling membahagiakan untuk menerima ganjaran agung atas pengabdian yang telah kita tunaikan, ganjaran yang tercurah dari khazanah kasih sayang rahmat Allah Sang Pencipta Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Nabi kita juga mengingatkan bahwa seandainya melalui penyakit itu Allah memanggil kita untuk selama-lamanya, maka kita akan menghadap Nya dalam keadaan bersih dari noda-noda dosa dan suci laksana bayi yang baru lahir. Di sini penyakit bukan menjadi tragedi yang menakutkan dalam memandang wajah kematian, melainkan justru memberi solusi yang mencerahkan: kematian menjadi jembatan yang membebaskan kita dari segala bentuk pengabdian, dari puspa ragam penderitaan, kenestapaan, dan tangiosan menuju negeri keabadian yang tidak ada kehancuran padanya, mahkota kemuliaan yang tidak ternodai kehinaan, anugerah kesehatan yang tidak ada lagi sedikit pun kesakitan, mahligai kedamaian surgawi yang tak tersentuh kegelisahan, prasasti-prsasati keindahan yang tak tercemari keburukan, khazanah kekayaan di mana kemiskinan tidak mampu menjamahnya, dan istana kesempurnaan di mana kekurangan tidak dapat mendekatinya.

Sentuhan Lahir dan Batin
Apabila penyakit menyingkap hikmah kepada kita tentang berharganya kehadiran sang waktu dan melipatgandakan pahala. Apabila penyakit menyibak hikmah mengenai ketidakabadian dunia dan menjaga kita dari perbuatan-perbuatan maksiat. Apabila penyakit memperlihatkan kepada kita perwujudan Asma-asma Allah dan merupakan anugerah Ilahi untuk menghapuskan dosa-dosa kita. Dan jika penyakit mengantarkan kita bersimpuh secara tulus ke hadirat Ilahi dan membuat kita menjadi waspada dengan datangnya kematian.

Penyakit mampu menyentuh aspek lahir dan batin kita, bahkan mampu menelisik ke dalam perasaan, hati, jiwa, dan sukma kita, sehingga dalam beribadah kita mempunyai kesadaran yang utuh mengenai ibadah yang sedang kita kerjakan. Salat yang kita lakukan ketika sehat sangat berbeda sekali bobotnya dengan salat yang kita jalani di waktu sakit. Saat sakit kita bisa bergantung seutuhnya kepada Allah hingga di luar ibadah-ibadah mahdhah pun keadaan kita mempunyai nilai ganjaran ukhrawi di sisi Nya.

Begitu pula pengaduan, rintihan, doa, dan zikir yang kita ucapkan saat kita jatuh dalam kubangan kepapaan, penyakitan, dan ketidakberdayaan hari ini, sungguh berlainan getarannya dengan kidung-kidung puja-puji dan doa-doa yang kita haturkan tatkala kita bersama kekayaan, kesehatan da kekuatan hari kemarin. Dengan ungkapan lain, penyakit itu Tuhan lemparkan ke tengah-tengah kehidupan umat manusia untuk menyaring manusia-manusia pilihan yang berkesadaran dari kerumunan manusia kebanyakan yang berkelalaian.

Lagi-lagi perspektif hikmah akan mengklaim bahwa penyakit itu merupakan sebentuk kasih sayang Ilahi kepada kita. Sebab seandainya tidak ada rahasia kesempurnaan kasih sayang Allah dalam cobaan, mengapa Dia menguji para kekasih Nya dengan berbagai penderitaan yang mengguncangkan?

Jika dalam penyakit tidak tersimpan makna keindahan cinta Allah kepada hamba-hamba pilihan Nya, kenapa Dia menguji kekasih Nya, Nabi Ayyub as dengan sebuah penyakit yang tiada bandingannya? Bila dalam bala tidak tersembunyi lembutnya rahmat Ilahi kepada umat manusia, bagaimana kita manfsirkan ribuan bahkan jutaan wali-wali Nya yang kehidupan mereka tidak pernah sunyi dari bermacam-macam ujian, kepayahan, penyakitan, penderitaan, dan prahara kehidupan?

Dan apabila ujian tidak merefleksikan sempurnanya kecintaan Allah terhadap hamba-hamba Nya, mengapa Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah apabila mencintai seorang hamba niscaya Dia mengujinya (HR Thabrani). Siapa pun yang telah mampu merasakan hikmah-hikmah tersebut, pasti dia akan menangkap maksud tersembunyi dalam ayat ini: Allah tidak hendak menyulitkan engkau, tetapi Dia hendak membersihkan engkau dan menyempurnakan nikmat Nya bagimu supaya engkau bersyukur (QS Al-Maidah: 5-6).

Keagungan Hikmah Penyakit
Secara psikologis, ketika dihadapkan dengan suatu pengalaman yang menyakitkan, memojokkan, atau mengecilkan hati, biasanya kebanyakan kita cenderung untuk berpandangan negatif. Saat prajara kehidupan, kegetiran, kesengsaraan, kekalahan, dan kepapaan menyentuh pengalaman hidup kita, tidak jarang kita akan menyalahkan tangan-tangan sang takdir. Dalam hal ini, hadirnya penyakit dalam kehidupan kita, bukanlah pengecualian. Umumnya kita akan berkeluh kesah. Bahkan terkadang kita suudzhan, berprasangka buruk kepada Allah. Sebagai manusia biasa yang memiliki jiwa dan perasaan, adalah wajar jika kita mengeluh secara positif, merintih ataupun berduka sewaktu penyakit menggerogoti tubuh kita.

Konon Nabi Ayyub a.s. yang sangat terkenal sebagai nabi yang paling istimewa dengan kesabaran, ternyata ketika berada di puncak penderitaannya, beliau pernah merintih kepada Allah. Yang terlarang adalah saat kita tidak mau menerima penyakit yang menimpa kita, lalu kita menggugat hiklah Ilahi, mengkritik rahmat Ilahi, serta memprotes Sang Pencipta penyakit Yang Maha Pengasih. Inilah yang dikhawatirkan sehingga kita tidak lagi mampu melihat hikmah di balik penyakit yang snagat agung, mulia, dan luhur. Dengan demikian, segala kegelisahan, keluhan, dan gugatan kita, justru akan menjadi penyakit bahkan menambah rasa sakit itu sendiri.

Kita yang tengah dirundung penyakit untuk berpikir positif, yakni tetap memandang keagungan hikmah yang tersembunyi di balik penyakit yang kita rasakan. Kalau kita mau berhenti sejenak saja dari kebisingan rutinitas kehidupan sehari-hari kita untuk bertafakkur sesaat saja, niscaya kita akan menemukan keanehan hikmah yang ditawarkan rasa sakit yang kita derita.

Penyakit tidak jarang melemparkan kita ke dalam situasi keheningan, namun bukan keheningan hampa. Keheningan ini akan membawa kita berdialog dengan segala eksistensi kehidupan, dengan semesta cakrawala ciptaan Tuhan, dengan Sang pencipta jagat raya, dan khususnya dengan diri kita sendiri. Keheningan itu menyuguhkan pergulatan-pergulatan eksistensial, sebenarnya untuk apa kita diciptakan di tengah-tengah jagat raya yang mahaakbar ini? Akan ke manakah akhir perjalanan hidup kita kelak? Apakah sesuatu yang paling penting dalam kehidupan ini? Dan apakah peran yang harus kita mainkan dalam pentas kehidupan yang hanya sesaat ini?

Makna di Balik Doa
Kapankah kidung rintihan doa-doa kita dikabulkan oleh Allah? Dengan kata lain, kapankah doa-doa yang kita panjatkan menjadi mustajab? Kebanyakan kita mungkin akan melihat pada momen-momen khusus, hari dan bulan-bulan istimewa. Kita akan merujuk pada malam Jumat sebagai sayyidul ayyam, penghulu hari, kepada bulan Rajab, Sya’ban, atau bahkan bulan agung Ramadhan sebagai bulan teristimewa.

Ada sebuah keadaan di mana doa-doa yang kita ucapkan menjadi sangat mustajab, yaitu saat kita menderita penyakit. Sabda Rasulullah S.a.w. menegaskan hal ini: “Mintalah doa kepada orang yang sakit sebab doanya mustajab” (HR Ibnu Majah). Pertanyaannya, mengapa doa orang-orang yang sedang sakit menjadi mustajab? Jelas hal itu merupakan karunia istimewa sebagai wujud kasih sayang Allah kepada orang-orang yang sakit. Namun setidaknya saat sakit umumnya kita benar-benar merasakan kefakiran, kelemahan, kehinaan, ketidakberdayaan, dan kebutuhan kita kepada Allah. Dalam kondisi yang sangat butuh tersebut, doa-doa yang kita panjatkan menjadi betul-betul makbul.

Apabila Allah Yang Mahabijak dan Penyayang memberikan kesembuhan, sesungguhnya itu semua berkat karunia dan kemurahan Nya. Sang pencipta Yang Mahabijak mengetahui apa yang terbaik buat kita sedangkan kita tidak mengetahuinya. Allah memberikan kepada kita apa yang terbaik dan paling bermanfaat untuk kita. Sering kali Allah menyimpan doa dan permintaan kita yang terkait dengan dunia untuk bisa dimanfaatkan di akhirat nanti.

Jadi benar, sewaktu sakit doa-doa kita menjadi sangat mustajab. Tapi boleh jadi kemustajaban itu bukan untuk permintaan kita hari ini dan di sini belaka, melainkan untuk kebaikan kita di akhirat kelak. Menurut riwayat, di akhirat nanti ada orang-orang yang ketika digiring ke hadapan mizanul amal, tempat pertimbangan amal-amal kebajikan dan keburukan, mereka kaget menyaksikan ganjaran-ganjaran pahala kebajikan yang sangat luar biasa banyaknya.

Kalau saat ini tengah diuji dengan berbagai penyakit atau berbagai cobaan lainnya, marilah kita gunakan saat-saat yang mulia itu untuk bersimpuh, memohon, dan berdoa kepada Allah. Percayalah, doa-doa yang kita panjatkan pasti didengar, diperhatikan, dan dikabulkan oleh Dia Yang Maha Mendengar doa hamba-hamba Nya yang merana. Dan seandainya doa-doa belum juga dikabulkan saat itu, percayalah, Dia telah menyimpan pahala yang sangat agung demi kebaikan dan kebahagiaan abadi kita di akhirat kelak, walaupun hari ini kita merintih kesakitan. Bukankah lebih baik kita menangis sejenak hari ini namun akan tersenyum selamanya di akhirat nanti, ketimbang kita tersenyum bangga hari ini namun akan menangis abadi di akhirat kelak.

Menjadi Jiwa yang Tenang
Kelemahan, keterlukaan, ketidakberdayaan dan penderitaan yang ditimbulkan penyakit ternyata membuat jiwa-jiwa kita menjadi dekat kepada orang-orang yang tidak berdaya dan terluka. Secara spesifik, penyakit datang dalam kehidupan kita agar benih-benih hikmah tumbuh dalam relung-relung jiwa kita. Secara khusus, penyakit itu dikirim Tuhan untuk mengguncangkan ranah kepalsuan dan ketenangan hidup kita, supaya benih-benih kearifan dengan mudah bisa bersemi dan mekar dalam taman jiwa kita.

Secara metaforik, penyakit itu laksana badai pawana yang menghancurkan bunga-bunga yang kering dan layu untuk menumbuhkan tunas-tunas baru yang indah menawan dan memesona. Atau bagaikan ratapan musim gugur yang menakutkan, menggelisahkan, dan mencerdaskan, numan di baliknya tersembunyi senyuman musim semi yang amat melegakan, menyenangkan, sekaligus menggairahkan.

Pada saat itulah, penyakit yang kita rasakan itu akan mengenalkan kita secara istimewa dengan Allah sebagai Al-Hakim, Tuhan Yang Mahabijaksana. Melalui terang cahaya Al-Hakim, Dia mentransfer secercah kebijaksanaan hidup kepada kita dengan perantaraan penyakit. Sungguh kita tidak akan pernah mengenal siapa diri kita yang sesungguhnya hingga kita benar-benar diguncangkan dengan tantangan, kegetiran, penderitaan, kesulitan, dan prahara kehidupan yang salah satunya berupa penyakit. Kesenangan, kenyamanan, kelapangan, ketenangan, dan kedamaian hanya akan menjadikan fikiran, perasaan, kalbu dan jiwa kita tumpul, beku, tertidur nyenyak bahkan mati. Itulah sebabnya jika kebanyakan manusia menghindari ujian, maka orang-orang arif justru menyongsongnya.

Pengobatan suci yang snagat bermanfaat, serta obat segala penyakit yang mengandung kenikmatan hakiki, perkuatlah keimanan kita dan buatlah ia cemerlang. Dengan kata lain, teguklah pengobatan suci yang tercermin dalam keimanan disertai tobat, istighfar, salat dan ibadah. Penyakit-penyakit jasmanilah yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita salah satu tujuannya adalah menghancurkan semua kecintaan kita kepada seluruh kesenangan duniawi yang fana dan mengarahkan cinta itu hanya kepada wajah Tuhan Yang Mahabaka. Namun karena kita sudah begitu lama dan begitu asyik bercengkerama dengan berbagai kenikmatan dunia, maka cinta palsu itu sudah sangat merasuk dalam jiwa kita sehingga berbagai penyakit yang kita alami tidak mampu menepiskan kecintaan tersebut secara tuntas.

Gejolak Hasrat Palsu Duniawi
Sewaktu bersama penyakit, boleh jadi terkadang hasrat-hasrat palsu duniawi itu pudar gejolak. Tetapi ketika tubuh kita sehat kembali, hasrat itu datang lagi mengajak kita memburu kesenangan-kesenangan semu disertai ketelodoran terhadap terhadap Tuhan kita. Ketika dorongan-dorongan syahwat dan keinginan-keinginan rendah kita menjadi lemah diterpa oleh penyakit, saat itu kita menyadari bahwa segala keindahan dunia yang fana memang tidak layak untuk dicintai hati kita. Tetapi saat dorongan-dorongan syahwat bergejolak dan nafsu-nafsu rendah kita bangkit kembali sewaktu sehat, kita menjadi terlena dan larut kembali dengan seluruh keindahan bunga-bunga duniawi. Kita tambatkan kembali hati kita di sini.

Dengan pengobatan suci melalui taubat dan istighfar, salat dan ibadah-ibadah lain, sebenarnya mendidik kita untuk beradab kepada Allah secara mulia dan bersikap rendah hati. Jadi, walaupun ketika sakit Dia menghapuskan dosa-dosa kita, sebaiknya kita tetap bertaubat saat itu. Meskipun Dia meleburkan segala kesalahan dan kelalaian-kelalaian kita di waktu sakit, seyogyanya kita masih beristighfar kepada Nya. Dan kendati pun Dia melipatgandakan pahala-pahala kebajikan kita tatkala sakit, alangkah indahnya jika kita masih senantiasa melaksanakan rukuk dan sujud, serta ibadah-ibadah lain yang dapat kita kerjakan untuk Nya saat itu.

Karena itu, kalau kita saat ini tengah dirundung suatu penyakit, mari kita melakukan pengobatan suci dengan memperteguh keyakinan kita melalui taubat dan istighfar, rukuk dan sujud, pembacaan tasbih dan zikir, serta ibadah-ibadah lain. Semoga Dia benar-benar memperkokoh keyakinan kita dengan melabuhkan cinta kepada Nya semata, serta mengobati segala penyakit yang kita derita, baik penyakit zahir maupun batin.

Rumi mengingatkan secara metaforik: “Sebatang lilin makin terang bersinar ketika perlahan habis terbakar!”, maka begitu pula manusia akan meraih pencerahan saat mereka dibakar dengan penderitaan, prahara dan kenestapaan hidup. Pembakaran sumbu jasmani itulah yang akan membuat terang lentera ruhani kita. Bahwa dalam penyakit itulah sebenarnya kasih sayang dan rahmat Tuhan merengkuh kita. Karenanya, marilah kita tetap tabah dan sabar dalam mengarungi segala kenestapaan hidup, serta berusaha memetik semesta hikmah yang tersembunyi di balik penyakit.

Jalan Menuju kematian
Berita tentang kedahsyatan hari kiamat yang diinformasikan Al-Quran ternyata dibenarkan oleh ilmu astronomi. Seorang ilmuwan Belanda memperkirakan bahwa dalam rentang ribuan tahun lagi, bumi ini akan memasuki suatu wilayah berkabut di luar tata surya yang berisi jutaan batu meteor. Wilayah yang sangat luas itu diberi nama Kabut Oort, sesuai dengan nama penemunya. Konon, hal ini telah pernah terjadi pada zaman Dinosaurus.

Ayat-ayat qauliyyah berupa firman Allah dalam kitab suci telah lama mengingatkan kita tentang pesan-pesan moral. Tapi, kita sering mengabaikannya, bahkan tak jarang mengingkarinya. Maka, ayat-ayat kauniyyah dalam berbagai peristiwa alam datang mengingatkan kita lagi. Kita pun tersentak ketika tiba-tiba banyak mayat bergelimpangan akibat bencana gempa, banjir, atau tsunami. Jika selama ini kematian kerabat atau tetangga tak menggugah hati kita, kematian secara massal akibat bencana itu akan menyentak kesadaran kita akan kemahakuasaan Nya.

Kematian adalh misteri kehidupan. Kematian ibarat jalan yang akan dilalui oleh setiap orang. Hanya saja, kapan peristiwa itu terjadi, tak ada yang tahu kecuali Sang Pemilik Kehidupan. Maka, pada saat ajal telah tiba, tak seorang pun mampu menunda atau bahkan menyegerakannya. Di sinilah kita disadarkan bahwa momen kmatian menjadi satu tanda bahwa setiap orang sesungguhnya tak mampu menguasai hidupnya sendiri sepenuhnya. Ada rahasia hidup yang kita tidak tahu dengan pasti. Ada misteri yang pikiran kita tak mampu menembusnya dengan serangkaian logika.

Kematian digambarkan Al-Quran sebagai momen kembali kepada Tuhan. Inna lillahi wa inaa ilaihi rajiun, kita milik Allah Swt dan pasti kembali kepada Nya. Kita sering terlena oleh keindahan dunia yang tak sebanding dengan keindahan dan kemegahan surga. Kita juga sering tak sadar bahwa umur kehidupan kita sangat singkat dibanding umur bumi yang kita tumpangi. Bahkan, juga lebih singkat dibanding pepohonan yang kita tanam. Lihatlah, pohon kelapa yang ditanam kakek kita dahulu masih berdiri kokoh dan berbuah, sementara sang kakek telah lama menyatu dengan tanah.

Kematian begitu dekat dengan kita, sedekat hidup yang kita nikmati sekarang. Tapi, kebanyakan kita tidak siap atau lebih tepatnya tidak pernah mempersiapkannya. Sebagian kita bahkan, dengan mati-matian, menumpuk kekayaan dengan sikat sana sikut sini, mendulang harta hingga lupa waktu dan lupa moral. Lantas, apa yang telah kita persiapkan untuk kematian kita?

Akhirnya, sepantasnya kita mengingat pesan Imam Al-Ghazali dalam karya utamanya Ihya’ Ulum Al-Din, sungguh, orang arif akan senantiasa mengingat mati. Baginya, kematian adalah saat berbahagia bersama Kekasihnya. Dan, seorang pencinta tak akan pernah melupakan janji pertemuan dengan Zat yang dicintainya.

Memahami Penyembuhan Hakiki
Sakit dan sehat adalah bagian dari ritme kehidupan. Tapi, kebanyakan orang lebih siap menerima kondisi sehat daripada sakit. Bertahun-tahun Tuhan menganugrahkan kita kesehatan, tapi kita sering luput menydarainya. Kita baru menyadari betapa mahal harga kesehatan ketika kita sakit. Nilai nikmat sehat baru kita sadari justru dalam kondisi sakit. Maka, sehat setahun begitu mudah dihapus dengan sakit sehari. Nabi Muhammad Saw menegaskan bahwa membesuk saudara, teman, atau tetangga yang sedang sakit merupakan kewajiban sesama Muslim. Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam, kata Nabi Saw sebagaimana diceritakan dari Abu Hurairah.

Kata Nabi Saw dalam HR Muslim, jika bertemu dengan sesama Muslim, ucapkanlah salam, jika diundangnya, penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat, berikanlah nasihat, jika ia mengucapkan alhamdulillah sewaktu bersin, sambutlah dengan doa yarhamukallah, semoga engkau dirahmati Allah, jika ia sakit, jenguklah, dan jika ia meninggal, usungkanlah jenazahnya.

Menghadapi kondisi sakit, orang seringkali merasa sendiri. Terlebih jika ia dirawat di rumah sakit. Kondisi lingkungan kamar, aroma obat, teman-teman senasib yang sedang sakit, dan lalu lalang perawat dan dokter bukan tidak mungkin akan menambah ketegangan baginya. Setiap saat ia hanya bisa memandangi infus, transfusi, mesin pemacu jantung, atau bahkan trakeostomi, barang-barang yang sangat jarang ia temui dalam kehidupan sehari-hari.

Di sinilah kita memahami bahwa penyembuh hakiki adalah kekuatan Allah yang ditancapkan di berbagai materi, bukan obat apalagi dokter. Dokter tidak lebih sebagai subjek yang memiliki pengetahuan untuk menyingkap dan menggali kekuatan-kekuatan penyembuh yang telah dianugerahkan Allah Swt di segala ciptaan Nya di jagat raya ini. Dan dedaunan menjadi obat semata-mata karena anugerah Tuhan. Dengan pemahaman ini, kita pun berdoa kepada Allah Swt, sumber kesembuhan, agar orang atau kita yang sakit segera sehat. Yakinlah bahwa Allah Swt telah menyediakan kekuatan penyembuhan di dalam ciptaan Nya. Kata Nabi Saw, sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, kecuali Dia juga menurunkan penawarnya, karena itu, berobatlah.

Penyakit yang menimpa kita bisa jadi disebabkan oleh kecerobohan, berlebih-lebihan, dan ketidakteraturan kita dalam menjalani hidup. Berlebih-lebihan dalam mengonsumsi daging dan lemak, misalnya, bisa menyebabkan tubuh kita terserang penyakit darah tinggi. Sabaliknya, kekurangan zat atau vitamin tertentu menyebabkan kita mudah dijangkiti penyakit. Namun, penyakit juga bisa disebabkan oleh faktor keturunan seperti asma, dan penularan virus seperti flu.

Doa ketika sakit mengingatkan kita untuk selalu waspada terhadap beragam penyakit dan kejahatan yang ditimbulkannya. Kita pun pantas berlindung kepada Allah Yang Mahakuasa agar dihindarkan dari segala keburukan apa saja yang menimpa kita atau yang kita khawatirkan. Utsman bin Abi Al-Ash pernah mengadukan kepada Rasulullah tentang penyakit yang menimpanya. Letakkan tanganmu pada bagian tubuh yang terasa sakit, kata Nabi Saw, lalu ucapkan basmallah tiga kali dan tujuh kali lafal A’udzu bi’izzatillahi wa qudratihi min syarri ma ajidu wa uhadziru.

Terapi yang dicontohkan Nabi Saw ini merupakan terapi ruhaniah untuk menghilangkan rasa sakit yang kita alami, serta agar kita tabah dan sabar menghadapinya. Sebab, sakit yang kita derita, dalam satu kasus, bisa jadi merupakan ujian bagi kita dalam rangka meningkatkan kualitas keimanan kita. Melalui sakit, kesabaran dan keikhlasan kita sedang diuji.

Shalat dan Kebersihan
Tubuh merupakan organ yang memelihara hidup manusia. Oleh karena itu, manusia sangat memerhatikan kesehatan tubuh sama seperti mereka memerhatikan hidupnya. Kaidah-kaidah kesehatan hampir dikenal semua orang, dan yang paling penting adalah kebersihan, gizi seimbang, olahraga teratur, dan pemeliharaan kesehatan.kita akan membahas apakah shalat memiliki kaitan dengan kaidah-kaidah tersebut.

Syarat yang harus dilakukan untuk mendirikan shalat adalah bersuci dengan mandi bagi orang yang situasinya mengharuskan mandi. Allah S.w.t berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub, mandilah dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih), sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat Nya bagimu, supaya kamu bersyukur (QS Al-Ma’idah [5]: 6)

Mandi wajib dilaksanakan satu kali dalam satu minggu, yaitu pada hari Jumat sebelum shalat Jumat. Rasulullah S.a.w bersabda, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang telah baligj, juga bersiwak (menyikat gigi) dan mengenakan wewangian” (HR Muslim). Rasulullah S.a.w. juga bersabda, “Hari ini (Jumat) adalah hari yang ditetapkan Allah sebagai hari raya kaum Muslim. Siapa yang hendak shalat Jumat, hendaklah ia mandi {HR Ibn Majah}.

Syarat utama untuk mendirikan shalat adalah berwudhu hingga sempurna membasuh anggota-anggota tubuh untuk dibersihkan. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang dalam setiap wudhu. Pada gilirannya, anggota-anggota tubuh ini akan terus menerus bersih. Tangan orang-orang yang shalat akan bersih selamanya hingga tidak ada kotoran apa pun yang menempel baik yang terlihat maupun tidak. Begitu juga wajah, akan bersih selamanya, terutama kedua mata hingga keduanya tidak akan terkena berbagai penyakit, seperti radang mata. Begitu juga lubang hidung selamanya akan bersih, terutama dari virus ketika terkena dingin.

Mengenai mulut, berkumur-kumur dalam wudhu merupakan cara pembersihan mulut yang terus dilakukan dan mencuci rongga mulut yang penuh dengan mikroba. Para pakar kesehatan memberi nasihat untuk mencuci mulut dengan sikat gigi dan pasta gigi setelah makan, terutama dari berbagai bahan makanan yang bergula. Kalau sulit dilakukan, hendaknya mulut dicuci dengan air. Oleh karena itu, kumur-kumur dalam wudhu merupakan cara pembersihan mulut secara terus menerus. Dan telah terbukti bahwa mencuci mulut dengan air lebih dari dicuci dengan pasta gigi apa pun, kecuali yang mengandung unsur flouride yang dapat melindungi gigi dari kuman.

Dalam wudhu, dibersihkan juga kedua telinga, bagian belakang leher, rambut kepala, dan kedua kaki beserta jari-jarinya. Seandainya kita memerhatikan mandi, kita akan mendapatkan bahwa hal itu adalah kebersihan yang sempurna bagi seluruh anggota tubuh. Setiap celah tubuh mesti disentuh air. Demikianlah setiap anggota tubuh dibersihkan dengan air, bukan hanya diguyur banyak air, lalu selesai.

Ini adalah penyucian yang lengkap, pembersihan yang sempurna, serta kesabaran terhadap berbagai detail pelaksanaannya. Jika dalam setiap pekerjaan, kita bersabar terhadap berbagai detail yang kecil, kita telah menyempurnakan pelaksanaannya. Seandainya dalam setiap pekerjaan, kita bersabar terhadap berbagai detail pelaksanaannya tidak kacau, maka pekerjaan itu akan sempurna, seluruh bagian akan dikerjakan hingga pekerjaan kita tidak selesai dengan penuh kekurangan atau ketidaksempurnaan.

Tanpa kesabaran manusia ada dalam kerugian. Allah S.w.t. berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (QS Al Ashr [103]: 1-3).

Shalat dan Proses Pembentukan Gizi Seimbang
Shalat berpengaruh terhadap alat pencernaan manusia. Sebagai langkah awal, ia memelihara mulut menjadi selalu bersih dengan berkumur-kumur dalam aktivitas wudhu. Gigi pun dipelihara. Bersiwak, menggosok gigi, dan semisalnya tiada lain adalah bentuk pemeliharaan dan penjagaan gigi. Ruh shalat mesti terbawa ke dalam seluruh perbuatan manusia. Sebagaimana halnya shalat yang tidak benar kecuali jika disertai ketenangan dalam pelaksanaannya. Begitu juga makan. Seseorang tidak dianjurkan menelan makannya dengan cepat. Dia harus mengunyahnya menelan makanannya dengan cepat. Dia harus mengambilnya secara pelan-pelan. Hal ini sangat berguna untuk mengambil manfaat makanan bagi tubuh dan menjaga fungsi alat pencernaan.

Porsi makanan, jenis dan waktu memakannya juga dipengaruhi oleh shalat. Seandainya kita mengetahui bahwa ‘illat (alasan) pengharaman khamr dalam ayat Al-Quran, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan {QS Al Nisa [4]: 43}, kita akan mendapatkan bahwa ‘illat yang menyebabkan keharaman khamr dalam ayat itu adalah lalainya akal karena pengaruh khamr. Akibatnya, orang yang shalat tidak memahami apa yang dibacanya ketika shalat.

Imam Al-Ghazali berkata, “Ada yang mengatakan bahwa mabuk terjadi karena banyak kecemasan, dan sebelumnya, karena mencintai dunia. Wahab ibn Munabbih berkata, yang dimaksud mabuk pada yat itu adalah mabuk zahir (karena minum khamr). Namun, di sana ada peringatan terhadap mabuk dunia. Sebab, ‘illatnya dijelaskan oleh Allah, Sampai kalian mengetahui apa yang kalian katakan. Banyak orang shalat yang tidak meminum khamr, tetapi tidak mengetahui apa yang dibacanya dalam shalat”.

Dari sini, kita bisa melihat bahwa perbuatan apa pun yang dapat membuat akal menjadi lengah bertentangan dengan pelaksanaan shalat. Mengisi penuh perut dengan makanan akan membantu proses pencernaan makanan yang berat ini. Akibatnya, otak menjadi tidak terjaga. Ia akan cenderung mengantuk, malas, dan lemah. Hal ini bisa kita perhatikan secara lebih jelas selepas berbuka setelah seharian berpuasa. Ketika berbuka, biasanya porsi makan sangat besar sehingga orang-orang merasa mengantuk setelahnya. Oleh sebab itu, mengisi perut sampai penuh dengan makanan dalam sekali makan bertentangan dengan shalat yang benar.

Rasulullah S.a.w bersabda, “Tidak ada tempat lebih jelek yang diisi penuh oleh anak Adam daripada perutnya”. Rasulullah S.a.w juga bersabda, “Kami adalah kaum yang tidak akan makan sampai merasa lapar, dan apabila kami makan, tidak akan sampai kenyang”. Oleh karena itu, Allah S.w.t memerintahkan kita dalam Al-Quran untuk tidak berlebih-lebihan dalam makan dan minum. Allah S.w.t. berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS Al-A’raf [7]: 31)

Seorang Muslim yang baik tidak memenuhi perutnya dengan makanan. Semestinya porsi makannya seimbang. Makanan seorang Muslim harus terdiri dari unsur-unsur utama yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai dengan kemampuannya. Maka, persoalannya bukan pada kuantitas, melainkan pada kualitas.

Di Pintu Mu, Aku Mengetuk

Di Pintu Mu, Aku Mengetuk
* Catatan Lepas Kehidupanku

Tiga Puluh Lima Tahun Sudah
Batang Usiaku …
Usiaku genap 35 tahun.
Tengah malam, tepat pada pergantian hari, aku mengingat kembali apa saja yang sudah aku lakukan selama hidupku. Adakah itu berarti, baik bagiku, keluarga, orang lain dan masyarakat pada umumnya? Apakah sepanjang aku diperkenankan Nya hidup di muka bumi ini, aku sudah membagi percik kebahagiaan pada orang lain? Sudahkah aku membuat Dia tersenyum.
Jawaban yang aku dapat membuat air mataku kian mengucur deras dini hari itu.
Sangat sedikit, Din!.
Bahkan mungkin hampir tak ada sesuatu yang berarti yang kulakukan selama ini. Waktu berkelebat begitu cepat dan pada kenyataannya, aku terengah-engah mengikuti hingga sering abai melihat jalan. Lalu tiba-tiba aku sudah berada di gerbang itu. Tiga puluh lima.
Aku tak tahu berapa waktu yang tersisa untukku. Satu jam, satu hari, satu tahun, sepuluh tahun, lima puluh tahun lagi? Bisakah waktu yang semakin sedikit itu aku menfaatkan untuk memberi arti keberadaanku sebagai hamba Allah di muka bumi ini? Bisakah cinta, kebajikan, maaf dan syukur selalu tumbuh dari dalam diri, saat aku menghirup udara dari Yang Maha?
Dini hari itu aku menangis di atas sajadah. Aku tergugu menyadari bahwa Allah sudah begitu penuh kasih memberiku nikmat usia hingga tiga puluh lima! Dan jiwa kerdil ini mengakui, betapa banyak hal yang belum aku lakukan, dibandingkan dengan waktu, dengan nikmat yang Dia anugerahkan itu.
Kini … Tiba-tiba pandanganku nanar. Sabtu, 29 Maret 2008. Sudah tiga puluh lima sekarang. Apa yang aku inginkan? Apa yang sangat aku inginkan? Aku hanya ingin bisa menjadi orang yang berarti bagi diri, bagi keluarga, bagi orang lain. Menjadi orang yang berarti di mata Mu. Yang selalu sampai pada Mu … Maka yang Maha Cinta, perkenankanlah aku … Amiiin.

Jalan Masih Panjang,
Hidup Ini Terus Kujalani …
Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi dengan diri, keluarga maupun sahabat-sahabatnya dalam beberapa detik, jam, hari atau beberapa bulan kemudian. Apalagi bila diri diminta untuk membicarakan perihal nasib diri sendiri atau nasib keluarga dan sahabat sepuluh atau dua puluh tahun kemudian. Begitulah, aku percaya bahwa aku tak boleh memercayai manusia mana pun yang mencoba meramal masa depan siapa pun. Ia misteri yang perlu diri jelang dengan segenap upaya baik dan kekuatan doa.
Dulu, dalam benak aku berpikir, sepuluh atau lima belas atau dua puluh tahun kemudian sesuatu yang kulakukan saat itu bisa menjadi kenangan indah. Dan kini, tiba-tiba saja, dua puluh tahun telah berlalu dari tahun 1988. Siapakah diriku sekarang. Dan aku, dua puluh tahun sudah seperti apa yang sekarang dilihat. Tiba-tiba aku menjadi suami, akan menjadi ayah dari anak-anakku nanti. Menjadi penulis, mendirikan forum kajian, memimpin Pustaka Dokumentasi dan Arsip Sejarah yang kuperkenalkan dengan nama PeDAS, menjadi anggora Dewan Paripurna Nasional 45, dan sejumlah kesibukan lainnya.
Akh, dari mana dulu aku memulainya? Beberapa lagi masa yang tersisa untuk melakukan hal-hal yang lebih berarti. Waktu hidup, aku, semua menggelinding. Aku memang tak akan pernah tahu apa dan siapa aku sepuluh, lima belas atau dua puluh tahun mendatang. Tapi percayalah, aku telah menentukan arahnya hari ini, atau mungkin belasan tahun lalu. Saat aku melakukan sesuatu. Bahkan jauh sebelumnya, aroma sesuatu itu samar sekali pernah kucerna saat ruh diri ditiup, dan Allah berkata, Kun! Aku pun berjalan dan menguak semua dengan langkah, upaya dan tentu sekali doa-doa…
Mulailah melangkah lagi. Mungkin dengan menyebut nama Nya di jalan keyakinan, mungkin masih dalam abai yang sama. Pilihan yang aku tentukan sendiri dengan berlari, atau bahkan dengan sangat tertatih. Tapi selama masih ada napas, aku berpeluang sampai pada derajat itu. Menjadi seseorang. Memahatkan ada di bumi dan tentu saja di langit. Meski tak pasti, beberapa lagi masa yang tersisa bagiku. Hidup di dunia memang untuk itu: memahatkan ada diri, sekecil apa pun.
Dan, belum terlambat, untuk memulainya lagi hari ini …

Kehidupan yang Rapuh
Apa guna harta dan segala atribut keduniaan, bila kehidupan kita menjadi demikian rapuh …? Lebih bermasalah lagi bila di tengah kemiskinan dan kesusahan, ternyata kehidupan kita juga rapuh. Kekayaan yang dibangun di atas kebohongan, dan kemuliaan yang dibangun di atas kehinaan, adalah kekayaan dan kemuliaan yang rapuh.
Dalam konsep Rasul, makanan bergizi tinggi sekalipun, bila dikonsumsi berasalkan dari rezeki yang haram, maka kegiziannya itu malah akan berubah menjadi tambahan penyakit. Uang yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, tapi dari sumber yang haram, suatu saat pasti akan hilang. Kalaulah ia tidak hilang maka ia akan berubah menjadi petaka.
Wahai pemilik dunia, tanpa dunia, agak sulit di mataku untuk aku hidup, karena di sinilah aku hidup. Tapi tanpa kehadiran Mu, wahai pencipta dan Pnjaga Dunia, maka dunia akan membunuhku, dan menggelapkan kampung tempat aku kembali. Dunia memang penting, tetapi kehadiran lindungan Mu lebih penting. Dan dunia memang penting, tapi kehadiran pertolongan Mu lebih penting.
Keseimbangan ada pada kehendak Mu, keserasian ada pada kuasa Mu. Jangan dunia bagus bagiku tapi kesulitan terbayang di akhiratku, tapi jangan pula penghidupanku susah. Baguskanlah duniaku karena di sini aku berjalan, makan dan minum, dan di sini pula aku menjalani kehidupan. Dan baguskan pula akhiratku karena disanalah kelak aku akan kembali dan menjalani kehidupan yang abadi.
Dengan segala keyakinan kupercaya, segalanya menjadi mudah bila Engkau berkenan mempermudahkannya, dan segala kemudahan akan menjadi sulit bila tak ada perkenan dari Engkau, Tuhan Yang Maha Berkehendak.

Bukan Sekadar Kekayaan yang Harus Dicari
Bukanlah makanan yang mereka makan, tetapi api. Itulah makanan haram di sisi Allah … carilah penghidupan dengan cara-cara yang membawa kepada keberkahan. Karena sesungguhnya yang manusia harus cari bukan sekadar kekuasaan dan kemewahan, tapi juga ketenangan dan kebahagiaan.
Carilah keberkahan dengan cara mencari rezeki yang halal dan menafkahkannya sebagian. Inilah sebagian cara dari mengimani Nya dan takwa kepada Nya.
Duhai Pemilik Kehidupan, aku tahu harta yang bukan hakku pastilah ia kan lenyap dari kehidupanku, tapi kilauan hara tersebut tetap melalaikan aku dari pengetahuanku. Sungguh kalau bukan sebab lindungan Mu tentulah aku akan betul-betul menjadi orang-orang yang serakah nan bodoh. Serakah merengkuh dunia dengan jalan salah dan bodoh, karena semua itu akan hilang jua.
Ajarkan aku dan ajarkan juga manusia-manusia yang lain tentang ketidakberkahan kehidupan yang dititi tanpa Mu, tanpa ajaran Mu. Ajarkan aku tentang ketidakabadian harta dan dunia. Agar selamart kehidupanku dunia akhirat.
Aku bisa sering salah, tapi Engkau pasti senantiasa benar. Aku bisa sering keliru, tepai Engkau pasti senantiasa memberikan petunjuk. Aku bisa sering tergelincir, tapi Engkau pasti senantiasa menyelematkan. Aku bisa sering terancam oleh kebodohanku sendiri, tapi Engkau pasti senantiasa menjaga. Engkalaulah Tuhan kami, Tuhan segala-galanya.

Sesuatu yang Bukan Hak,
Akan Dihilangkan oleh Yang Hak
Ambil sesukamu harta orang lain, Allah akan mengambilnya kembali. Relakan setiap musibah yang terjadi, Allah yang akan menggantinya. Siapa saja yang mengambil hak orang lain, maka suatu saat hak tersebut akan diambil juga oleh Tuha. Seribu satu cari bagi Allah bila Dia sudah bermaksud mengambil kembali harta haramku.
Dunia bukan segala-galanya. Masih ada kehidupan hari esok yang harus dipikirkan. Yaitu kehidupan di hari kedua, setelah dibangkitkan dari kematian. Dan buatlah sesukaku keburukan. Sebab, akan kembali segala akibatnya padaku juga. Dan ambillah hak orang lain, sebab ia akan menghilang juga, dan bahkan hanya meninggalkan kesusahan.
Ya Allah, susah betul menjadi orang paham yang yakin bahwa keburukan akan menghasilkan keburukan, dan kezaliman akan berpulang kezalimannya kepada si pelakunya sendiri. Ya Allah, kenapa juga aku tidak bisa sempurna berpikir bahwa membuat orang sakit itu sesungguhnya akan menyakiti diriku sendiri. Mungkin imamku kurang, mungkin keyakinanku bohong, baru sebatas lisan. Misal, aku tahu bahwa berbohong itu tidak berguna karena kebohongan pasti akan ketahuan juga, tapi aku tetap berbohong. Misalnya lagi, aku tahu bahwa hasil keburukan itu tidfak akan menjadi daging, sebab tidak akan bermanfaat untuk jangka waktu yang panjang, tapi aku sering tidak ambil pusing. Aku tetap berbuat buruk dengan tenang, aku tetap berbuat buruk dengan gagah.
Akhirnya terjadilah apa yang seharusnya terjadi. Kuburan kesusahan kugali sendiri, kuburan penderitaan kubuat sendiri, lalu aku berteriak-teriak kesusahan memohon ampunan Mu, supaya kesusahan dan penderitaan itu hilang.
Ya Allah, andai Engkau memiliki kesabaran yang terbatas, tentulah Engkau sudah benamkan diriku kepada lautan penderitaan dan kehinaan dan tak bisa aku menyelamatkan diri lagi. Tapi Engkau adalah Allah, Tuhan hamba yang luar biasa kebijaksanaan Nya. Hanya aku belum memanfaatkan keluasan ampunan Mu, keluasan maaf Mu dengan baik.

Ketika yang Halal Pun
Ikut Lenyap Terseret
Sesuatu yang bukan hak akan dihilangkan oleh yang hak. Dan kadang apa yang halal di genggamanku pun bisa ikut menghilang seiring dengan hilangnya apa yang haram. Rezeki yang diperoleh dengan jalan yang salah bukan rezeki namanya, melainkan bahan bakar kesusahan.
Menghilangkan kesusahan adalah bukan dengan jalan menghadirkan kesusahan yang lain, melainkan dengan jalan kesabaran.
Wahai Zat Yang Maha Memberi, limpahkan rasa berkecukuan dengan apa yang ada dalam genggamanku, dan berilah pula penerimaan diri terhadap apa yang sedang terjadi. Supaya apa? Supaya aku tidak usah memaksakan diri secara paksa, secara instan, dan supaya aku bisa menjadi manusia yang bersabar dan bersyukur atas segala karunia.
Wahai Zat Yang Mahatahu, setelah aku paham—bukan dengan sekedar lewat jalan ilmu, tetapi lewat pintu pengalaman—bahwa percuma mengambil barang yang bukan hakku, siapkan diriku untuk tidak mengambil lagi barang orang lain. Jadikanlah aku peminta rahmat Mu, peminta dari sisi Mu dengan untaiandoa dan munajat.
Ya Allah, ajarkan hamba dan segenap orang-orang yang menghendaki jalan keselamatan dan kebahagiaan, bahwa kehidupan ini sebenarnya indah bila dijalani dengan sabar, ikhlas dan syukur.


Rezeki Itu di Tangan Allah
Di antara perilaku musyrik adalah memagari usaha dengan jimat tertentu, menyiramkan air adem ke rumah, atau meminumnya dengan tujuan memberikan kekuatan, dan percaya kepada kekuatan benda yang sebenarnya tak ada kekuatan apa pun darinya. Hidup lurus, terencana, sabar dan sederhana, niscaya siap dengan segala sesuatu yang akan datang.
Rezeki itu Engkau yang atur. Itu aku tahu. Rezeki itu di tangan Mu, itu juga aku tahu. Tapi ketahuanku itu tidak berubah menjadi sebuah kesadaran yang tinggi, serta membumi di keseharian perilaku, sehingga hawa nafsu dan keinginan tetap saja menang dan mendorongku untuk mencarinya bukan lewat jalan Mu.
Sebab rezeki itu dari Mu, dan sebab rezeki itu Engkau yang atur, aku juga sebanrnya paham. Bahwa rezeki yang cenderung dipaksakan untuk mengambilnya, atau diambil lewat cara-cara yang tidak benar, adalah pasti bukan rezeki dari Mu. Dan oleh karena ia bukan rezeki, berarti ia adalah cemeti azab. Akhirnya aku pun sadar, bahwa yang terjadi kemudian adalah bukan kenikmatan yang aku nikmati melainkan ketidaktenangan. Akhirnya aku harus menerima, bahwa kemuliaan dan kehormatan yang kucari bukan dari sisi Mu adalah sebenarnya kehinaan dan penderitaan.
Apa-apa yang dari Mu adalah kebaikan dan harus diperoleh dengan cara-cara yang baik. Dan bukanlah kebaikan bila ia diperoleh dengan cara-cara yang buruk. Ya Allah, kalaulah aku sudah paham akan hal ini, buatlaj kepahaman tersebut menjadi selaras dengan hati, perbuatan dan pikiranku. Maafkan aku ya Ya Allah …

Kemewahan yang Sia-sia
Kesenangan yang dicari lewat cara-cara yang haram adalah kesenangan yang sia-sia. Begitu juga penampakan keindahan dunia, bila ia dicari lewat cara-cara yang tidak disukai Tuhan, maka ia lebih sering berbuah petaka. Tidak usah iri dengan kekayaan orang yang kadang membuat menjadi membabi buta mengejar ketertinggal.
Duhai Pemilik Keselamatan, selamatkanlah aku dan anak keturunanku dari mencari kesenangan dunia, kemewahan dunia, dengan cara pintas.
Duhai Pemilik Segala Kesenangan, bimbinglah aku untuk menemukan kesenangan yang hakiki, bukan kesenangan yang berujung pada penderitaan.
Duhai Pemilik Dunia, ajarkan aku untuk menundukkan dunia, bukan aku yang tunduk kepada dunia, dan agar dunia tidak terbalik menjadi kurungan besar hanya lantaran aku lupa akan ajaran dan peringatan Mu.
Bila kilauan dunia menyilaukan pandanganku, bila taburan permata dunia mendebarkanku punya hati, ingatkan aku Ya Allah, ingatkan. Bahwa keridhaan Mu dan kasih sayang Mu lebih besar daripada sekedar dunia, yang bila mati pun ia akan aku tingalkan.

Satu Cerita
Tentang Kejujuran
Kejujuran bukanlah kemuliaan. Ia adalah keharusan bagi setiap indivisu yang merasa bahwa ia adalah manusia. Kejujuran memang mudah disebut, kejujuran mudah digemakan, tai sulit untuk dipraktikkan. Apalagi dengan ketiadaan hati yang bersih, ketiadaan pikiran yang jernih dan ketiadaan ruh yang fitri, akan semakin susah ditemukan kejujuran.
Ketika yang lain bicara bahwa kejujuran itu pahit. Tuhan berkata, Tidak! Kejujuran selalu manis, hanya ia perlu kesabaran sebagai pupuknya. Aku berkali-kali hampir terperdaya oleh ucapan yang terlanjur memasyarakat, bahwa jujur tidak ada gunanya. Jujur itu pahit. Jujur itu miskin. Jujur itu berarti hidup susah. Orang lain juga curang dan culas! Jadi buat apa jujur.
Wahai Zat Yang Maha Mengetahui, bila kejujuran membawa kepada sebuah perjalanan akhir yang manis, catatkan aku sebagai orang yang sabar. Dan bila kebohongan akan mengantarkan kepada sebuah kenistaan dan kehinaan, catatkan aku sebagai orang yang mulai menjauhi kebohongan dan terhindar dari kebohongan.
Wahai Zat Penjaga Lisan dan Hati, peliharalah kesucian dan keselamatan lisan dan hatiku dengan maaf dan ampunan Mu. Senantiasa aku kotorkan bibirku, senantiasa aku kotorkan hatiku dan senantiasa aku kotorkan pikiranku, tapi Engkau Tuhan Yang Luar Biasa, selalu ada harapan bahwa Engkau bersedia mencuci kekotoranku tersebut.
Sebenarnya aku letih berperan sebagai orang bodoh nan buruk. Aku lelah berperan sebagai orang kotor, aku, ingin berhenti, sebab keburukan, kebodohan dan kekotoranku membuat kehidupanku susah dan sempit. Tapu lagi-lagi nafsu dan keinginan yang dipaksakan menenggelamkanku lagi ke dalam perbuatanku. Andai Engkau Maha Pemarah, andai Engkau Maha Pendendam, tak suka memberi maaf, niscaya bumi tak bersedia memberi tempat bagiku, dan langit tak sudi menaungiku.

Kejujuran Itu Indah
Kejujuran itu indah. Kejujuran itu manis, kata Engkau. Tapi kalau kata nafsu, kejujuran itu pahit, kejujuran itu hanya akan memperlambat datangnya kekayaan. Lalu kepada siapa kemudian aku percaya? Ternyata aku memilih percaya pada nafsu. Akibatnya? Menderita! Ya Allah, maafkanlah aku yang tidak memercayai segala firman Mu. Sekarang aku menghadap Mu dengan membawa sejuta permasalahan (lagi) yang timbul akibat kebohongan dan dusta.
Ya Allah, Tuhan Yang Mahabijaksana, aku yang bebruat kesalahan, tapi aku yang meminta Mu untuk menyelesaaikannyya. Tapi Engkau adalah Tuhan yang tidak akan pernah merasa terbebani dengan sehala permohonan Mu.
Ya Allah, aku yang berbuat keburukan, tapi Engkau yang aku minta menahan akibat keburukan itu datang. Itu semua karena Engkau punya kebijaksanaan yang luar biasa luasnya dan Engkau juga yang mempunyai kuasa atas segala sesuatu.
Pelajaran apa lagi yang aku bisa petik dari keterpurukan dan ketersedudutanku? Yaitu bahwa tidak ada perbuatan buruk yang manis akibatnya! Tanamkanlah hikmah ini di dalam setiap gerak dan pikirku, supaya aku selamat dunia akhirat.
Aku juga percaya bahwa Engkau bukan hanya mengasihi dan menyayangi mereka yang berjalan lurus, tapi juga Engkau mengasihi dan menyayangi mereka yang menyatakan ingin kembali dan bertaubat kepada Mu. Bahkan Engkau mengasihi dan menyayangi semua orang. Aku saja yang tidak menjangkau kasih dan sayang Mu. Catatkanlah aku sebagai bagian dari orang-orang yang mau memperbaiki diri, mau membersihkan hati dan pikiran, gar kasih dan sayang Mu segera hadir dirasa kehidupan ini.

Arti Sebuah Nama Baik
dan Soal Harga Diri
Bukan Cuma uang yang harus didapat, tapi juga nama baik.ya Allah, godaan selalu terbentang di depan mata, menggoda manusia dan menjadi ujian siapa yang bisa memelihara iman dan siapa yang tidak. Baik terhadap kesusahan, yaitu bagaimana kesusahan bisa diatasi, dan terhadap kesenangan, yaitu ketika bagaimana kesenangan ingin diraih. Selamatkanlah aku Ya Rabb, di situasi apa pun godaan itu datang.
Manusia bisa menegakkan harga dirinya bila bisa hidup dengan bermodalkan kejujuran. Bila nafsu yang bicara, dia akan mencari jalan pintas apapun, yang dapat membuatnya terpuaskan. Ujung-ujungnya, bukan kepuasan yang didapat, bukan kemuliaan yang didapat, malah penyesalan dan kehinaan.
Semula aku menganggap tak mengapa sedikit berbohong. Semula aku menganggap tak mengapa sedikit curang. Ternyata yang terjadi kemudian apa yang aku dapatkan menjadikan ketenangan menjauh. Betul, ada yang teraih dengan jalan berbohong, menipu dan zalim. Tapi apa yang teraih kemudian bisa lenyap begitu saja. Atau kalaupun yang teraih itu tetap ada, ketenangan yang pergi. Ketenangan ada pada sikap menerima dan menjalani kehidupan ini.
Ya Rabb, Engkau Pemeliharaku, ketika Engkau pelihara alam ini beserta isinya dengan rahmat Mu dan penjagaan dari Mu, pelihara juga diriku dengan menjadikanku mampu hidup lurus, tanpa kebohongan, tanpa dusta.

Menjual Kenyataan
Yang mahal dari kehidupan ini adalah ketika harus berjalan dengan kesombongan dan memakai topeng gengsi. Kesombongan dan gengsi adalah dua hal yang berharga mahal untuk dilakukan. Sabar, sabar, dan sabar. Ini kunci sederhana pintu segala kenikmatan. Kunci lainnya adalah ikhlas dan syukur.
Bisa jadi satu tahun ini aku berada di puncak kepopuleranku, puncak kekuasaanku, dan puncak kemewahanku. Tapi bisa jadi tahun depan adalah tahun keterpurukan bagiku.
Selama ini yang terpikirkan di setiap kali melakukan kezaliman dan atau perbuatan yang merugikan orang lain, yang rugi itu adalah korban. Ternyata korban yang sesungguhnya adalah pelakunya sendiri.
Ya Allah betapa pandainya aku menganiaya diriku sendiri. Aku membuat rugi orang lain, ternyata yang rugi diriku sendiri. Aku sakiti orang lain, ternyata yang sakit diriku sendiri. Aku zalimi orang lain, ternyata diriku sendiri yang terzalimi oleh diriku sendiri. Ampunan Mu bagiku, bagaikan setetes air di tengah teriknya matahari padang pasir. Dan karenanya sangat aku harapkan. Semoga Engkau berkenan dan dan pasti Engkau berkenan …
Terima kasih Ya Allah di setiap peringatan yang Engkau berikan kepadaku dan kepada semua orang yang menerima keterpurukan sebagai peringatan. Lebih baik Engkau cabut kenikmatan yang aku genggam, sekarang, di dunia ini. Supaya aku bisa segera memperbaiki diri sebelum kematian menjemput. Hanya yang aku minta adalah ketetapan keterpurukan tersebut jangan terjadi di selama sisi hidupku. Aku pun ingin bangkit kembali, aku pun ingin bangun kembali. Saatnya aku bangkit, saatnya aku bangun, jadikan kesombongan, gengsi dan lupa diri bukan lagi sebagai wajahku.

Badan Senang,
Dihuni Hati yang Tenang
Sesuatu yang haram pasti tidak akan menjadi milikku. Aku tahu itu. Sesuatu yang bukan hakku juga pasti akan diambil oleh Mu, Yang Maha Hak. Dan aku juga tahu itu. Tapi kebodohanku, nafsuku, masih juga mengantarkanku untuk menempuh jalan yang haram, dan mengambil sesuatu yang bukan hakku. Hasilnya, mudah ditebak. Segala yang aku peroleh menjadi fatamorgana, bahkan cenderung merusak kehidupanku sendiri.
Wahai Zat Yang Maha Membuka Pintu Maaf, maafkan aku yang menempuh hidup sesat sepertiku. Bersihkanlah kehidupanku dari segala sesuatu yang haram. Dan bagi orang-orang yang kuambil haknya, gantilah hak mereka dengan sesuatu yang lebih baik dari Mu. Terhadap mereka yang aku kecewakan, gantilah keadaan mereka menjadi lebih menyenangkan.
Wahai Yang Manjaga Kehidupan, jagalah kehidupanku, agar kehidupan kujalani dengan keselamatan dan kebahagiaan, tidak rapuh, tidak mudah goyah. Kepada Mu jua segala urusanku berpulang.
Kekacauan kehidupan bisa jadi muncul sebab aku membiarkan hatiku busuk dan menyedikitkan kebaikan. Buatlah hati tenang lewat shalat, sedekah, dan penerimaan kehidupan yang ikhlas.
Fisikku sering sakit, hatiku sering berkeluh kesah, itu sebab kehidupanku yang tidak sehat. Nafsu dan pemanjaan terhadap keinginan masih berada di depan. Kebohongan masih menjadi identitas yang merobohkan tiang-tiang kemuliaan dan kehormatan.
Ya Rabb, selamatkan kehidupanku dengan membuatku mampu mengendalikan nafsu dan keinginan, dan dengan memberikan ampunan dan maaf Mu untukku. Ya Allah, jauhkanlah aku dari sifat terburu-buru, yang menganggap segala sesuatu di bumi ini bisa diraih tanpa proses. Ya Allah, jadikanlah aku sebagai bagian orang-orang yang menjadikan sabar sebagai pakaian di setiap upayaku meniti kehidupan.

Di Balik Kegagalan
Seorang pemenang akan melihat kemenangan di balik kekalahannya. Di balik kegagalan, ada sejuta harapan, asal bergantung kepada Sang Pemenuh Harapan. Ya Rabb, jika aku mau menerima senang, tentunya aku uga harus siap menerima susah. Jika aku sudi menjalani siang, mengapa aku harus mengeluh ketika malam menjelang? Kuatkanlah hatiku agar bisa siap menerima apa pun kejadian kehidupan.
Gagal itu biasa. Yang tidak biasa adalah ketika berputus asa dan kehilangan semangat. Putus asa dan mengeluh, bukanlah jawaban bagi permasalahan. Malah ia adalah pengundang tambahan duka dan nestapa. Ibarat memilih sepatu, ia harus dijajal terus hingga ketemu yang pas.
Bila kegagalan adalah bagian dari kesuksesan, mengapa aku harus menangisi kegagalan hidup yang aku lalui? Mengapa aku harus menangisi menjauhnya kawan dan kerabat ketika duka datang? Biarlah kegagalan datang, agar ia membawa serta kesuksesan yang lain.
Kalau iman sudah dipegang, tidak ada cerita kesombongan, tidak ada cerita keputusasaan. Dengan kekuatan iman, Insya Allah akan dapat mengarungsi samudera kehidupan kesenangan tanpa lupa diri dan dapat menyelami samudera kehidupan yang pahit tanpa berputus asa. Boleh miskin dunia, tapi kaya hati. Boleh tidak memiliki kekayaan, tapi dengan kehadiran Nya aku menjadi tenang, aku sudah merasa senang.

Kekurangan
Bukan Halangan
Kekuarangan segera akan menjadi tembok besar, manakala fokus kehidupanku adalah seputar kekurangan dan kekurangan. Ya Allah, lisanku beriman akan keberadaan Mu sebagai Rabb, tapi langkahku lebih sering menunjukkan ketiadaan imanku. Contohnya, aku suka mencari rezeki pada jalan yang salah, yang menandakan aku tidak ercaya bahwa Engkau Pemberi Rezeki. Aku juga suka berputus asa, seakan tidak percaya bahwa Engkau Maha Rahman Maha Rahim.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui, aku juga menyatakan diri sebagai orang muslim, tai perbuatanku jauh dari ketertundukan dan kepatuhan akan kebenaran firman Mu. Aku mengaku muslim, tapi hidup di luar aturan yang telah Engkau tetapkan.
Kalau begini terus, mana bisa aku hidup senang, mana bisa hiduptenang. Betul aku hidup senang, tapi sebentar ia berubah menjadi duka. Betul aku tertawa bahagia, tapi kemudian ia berubah menjadi tangisan sedih dan ratapan penyesalan.
Ya Allah berikanlah kekuatan bagiku untuk menuju pada kesempurnaan iman. Tunjukkan kebenaran akan pengakuan keimananku lewat kelurusan berjalan. Maafkan aku bila selama ini pengakuanku berseberangan dengan jalan hidup yang aku tempuh.
Kekurangan kerap aku jadikan sebagai sarana keluhan. Yang menandakan aku jauh dari syukur. Kekurangan kerap menjadi alasan dan dalih, sehingga kekurangan justru menjadi tembok yang menghalangi aku mencapai tujuan. Ya Allah Pemilik Segala Kelebihan, mestinya aku tahu, tidak ada sesuatu yang berasal dari Mu lalu aku bisa sebut itu sebagai kekurangan. Tidak ada sesuatu yang Engkau ciptakan dalam keadaan yang sia-sia. Maka anugerahilah aku dengan sebuah maya yang bisa melihat apa pun di dunia ini sebagai kelebihan dari Engkau.

Butuh Perjuangan
untuk Meraih Kesuksesan
Kesuksesan butuh perjuangan, kesuksesan butuh proses. Mestinya ini yang aku harus sadari dan tanamkan dalam benakku, sehingga aku bisa melakukan perencanaan yang matang dan mempersiapkan SDM untuk mendukung impianku. Ya Allah, aku memang pernah sukses tapi aku gagal mempertahankan kesuksesan tersebut. Sebab kesuksesanku bak pohon yang tak berakar. Sedikit tertiup angin, robohlah pohonku tersebut.
Ya Allah, Pemilik Semua Apa yang di Langit dan di Bumi, kesuksesan juga tiada pernah berarti bila tidak melibatkan Engkau. Kini, dampingilah aku dalam meniti kehidupan ini. Dan bila saatnya kesuksesan memang menjadi milikku, jadikanlah aku orang sukses yang masih menginjak bumi alias tidak sombong.
Andai kegagalan adalah bagaikan hujan dan kesuksesan bagaikan matahari, maka aku butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi. Hidup hanya indah bila menyikapinya dengan keindahan rasa, hanya dengan keindahan rasa.
Ya Rabb, jika aku mau menerima senang, tentunya aku juga harus siap menerima susah. Jika aku sudi menjalani siang, mengapa aku harus mengeluh ketika malam menjelang? Kuatkanlah hatiku agar bisa siap menerima apa pun kejadian kehidupan.
Seberapa besar keyakinanku pada kesuksesan, segitu juga besaran kesuksesanku. Semua orang ditakdirkan bisa sukses, karena Tuhan menghendaki semua menjadi berkah buat sesama. Seekor burung bisa makan karena ia mengepakkan sayapnya …

Perjalanan Seribu Langkah
Ditempuh dengan Langkah Pertama
Ya Rabb, mestinya dengan bertuhan Engkau, aku memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam melewati segala kesulitan. Sebab segala kesulitanku adalah sesuatu yang teramat mudah bila Engkau sudah berkenan membantu. Bukankah Engkau pemilik Kerajaan Langit dan Bumi serta apa yang berada di dalamnya? Termasuk segala urusanku. Bukankah Engkau yang memegang segala urusan, termasuk urusan-urusanku? Engkaulah segala-galanya, dan Engkau Mahakaya. Engkau memiliki bumi, yang mana bumi hanya satu dari seratusan milyar planet seperti bumi di Galaksi Andromeda. Galaksi Andromeda yang isinya seratusan milyar planet seperti bumi ini pun hanya satu dari seratusan milyar galaksi. Subhanallah. Dalam Kekayaan Mu, dalam Kemahakuasaan Mu, Engkau masih turun ke Bumi, turun ke dalam kehidupanku, menawarkan ampunan dan rahmat. Engkau Mahabesar, betul-betul Mahabesar.
Anugrahilah kemampuan mengenali diri Mu Ya Rabb, supaya aku yakin di belakang siapa aku berdiri dan kepada siapa aku menyerahkan semua persoalan.
Keseimbangan antara keberanian dengan perhitungan, kecepatan dengan kewaspadaan akan menjadi faktor penentu suksesnya langkah itu sendiri. Artinya, melangkah tapi tetap dengan perhitungan. Perjalanan seribu langkah ditempuh dengan langkah pertama.
Ya Allah, percuma harapanku tanpa usaha, percuma keinginanku tanpa ikhtiar. Demi nama Mu yang mempermudah setiap langkah, mudahkanlah langkahku di stiap upayaku dalam menjalani roda hidup dan kehidupan. Dan tambahkanlah kedekatan dengan Mu di setiap jengkal kehidupan yang aku jalani.


Pinjaman Allah
Yang kita miliki adalah pinjaman dari Allah. Dan semua pinjaman akan dipertanyakan Nya. Banyak orang yang lupa Allah ketika sedang jaya, tapi ketika kejayaan itu dihilangkan Nya, ia ingat kepada Allah. Meminta tambahan kekayaan itu gampang. Allah itu Maha Pemurah, sangat Pemurah. Allah Kuasa menghilangkan yang ada. Dan Dia pun teramat Kuasa mengadakan kembali yang telah hilang, atau memberikan yang baru yang lebih besar.
Ketika kilauan dunia lebih berarti daripada ampunan dan rahmat Allah, maka tertutuplah mata hati. Cinta buta adalah cinta yang mematikan pandangan dan menutup kalbu. Tidak peduli dengan cara bagaimanapun, tidak peduli hambatan dan tantangan yang ada, dan tidak peduli akan kemampuan dan ukuran diri, ia akan berusaha mati-matian mendapatkan dunia.
Kesenangan dunia ada batasnya. Yaitu ketika kematian menjelang. Yang tidak ada batasnya adalah kesenangan di negeri terakhir. Cintailah dunia dengan tidak melupakan Pemiliknya.
Ya Allah, maafkanlah ketidaktahuan diriku. Aku selalu memintan dan meminta, tapi aku lupa cara menggunakannya sesuai dengan keinginan Mu. Yang aku ingat adalah menggunakannya sesuai dengan keinginan dan nafsuku. Ya Allah bila ternyata semua hal yang aku miliki adalah pinjaman dari Mu, mengapa aku bila melupakan Engkau sebagai Peminjam? Terhidang banyak ladang amal kebaikan yang Engkau sediakan, tapi aku tak tergerak untuk menyambutnya. Banyak terpampang di depan mata pilihan lain dengan menghadirkan kesusahan orang lain untuk aku bantu. Tapi ternyata aku lebih memilih berdiam diri dan menikmati kebahagiaan seorang diri.
Wahai Pencipda dan plengkap kebahagiaan, jangan Engkau hilangkan kenikmatan dan atau rasa menikmati kenikmatan lantaran aku memperturutkan hawa nafsu dan lupa diri.

Munajat Cintaku
Wahai Pemilik segala keindahan dunia, wahai Pemilik segala kesenangan dunia, wahai Pemilik segala simbol-simbol kesuksesan dunia, bukalah mataku, bahwa ada hal yang berarti dan lebih penting dari kilauan kemewahan dunia yang menggoda. Yaitu kedekatan diriku dengan Mu, menggapai rida dan rahmat Mu.
Bila kecintaan dunia telah mematikan hatiku, bukalah kembali ia dengan menjadikannya zuhud kepada dunia. Bila keserakahan dan kesombongan telah juga ikut berperan mematikan hati punya maya, maka ampunan Mu dan maaf Mu akan kembali membuka mata hatiku. Engkaulah segalanya bagiku, seharusnya.
Maka, jadikanlah aku orang yang bisa mendekatkan diri kepada Mu …

Belumlah Saatnya
Bagiku Mengingat Allah?
Bukan dosa manusia yang membuat Allah kecewa, melainkan perbuatan dosa manusia menghalangi Allah untuk memberi rahmat Nya.
Aku tergadai dengan apa yang aku lakukan. Kenyataannya memang begitu. Aku tidak bisa lepas dari apa yang telah aku lakukan. Sebab, di dunia ini bermain hukum sebab-akibat. Siapa sangka ternyata kesulitan yang aku hadapi, misalnya, bukan sekadar ujian dari Allah, melainkan buah dari kelakuan buruk—yang bahkan, kadang aku sendiri sudah melupakannya! Karena Allah begitu baik sajalah yang menyebabkan banyak keringanan yang aku dapatkan. Kalau tidak, entah apa yang bakal terjadi dalam kehidupanku.
Tidak perlukan aku dengan kehadiran Nya, karena aku kaya, karena aku senang? Dan patutkah aku mengabaikan Nya, hanya karena aku menjadi penguasa kecil?
Dekatilah Allah dan mintalah Dia hadir untuk menyembuhkan penyakitku. Dekatilah Allah dan mintalah Dia hadir untuk menyembuhkan penyakit yang diderita orang yang dekat di hatiku. Dekatilah Allah dan mintalah Dia hadir untuk membantuku membayarkan utang-utangku. Dekatilah Allah dan mintalah Dia hadir untuk menghadirkan ketenangan dan keamanan di tengah-tengah kehidupanku yang penuh dengan balutan perbuatan dosa. Dekatilah Allah dan mintalah Dia hadir untuk segala rupa permasalahan kehidupan yang aku hadapi. Tapi, Yang Mahatinggi tidak bisa didekati dengan ketinggian hati …

Pintu Menuju Tuhan
Wahai Tuhanku, Engkau Zat yang tak pernah enutup pintu bagi siapa yang ingin kembali. Engkau juga Tuhan yang tak pernah melipat tangan untuk mengulurkan bantuan bagi siapa yang menginginkannya. Seharusnya, dengan melihat kekuasaan dan kebesaran Mu dan demi melihat permasalahan kehidupanku, mestinya aku segera berlari ke pangkuan Mu, memohon lindungan dan pertolongan Mu. Maka, ajarkan aku tentang diri Mu yang begitu kuasa atas segala hal. Jadikanlah aku orang yang beriman, yang percaya akan keesan Mu, dan jadikanlah juga aku orang yang bisa memelihara diri di hadapan Mu.
Wahai Tuhanku, mungkin karena dosaku yang begitu banyak yang membuat mata hatiku buta melihat keberadaan Mu sebagai Tuhan Yang Agung. Mungkin juga karena dunia telah menghadirkan keserakahan dan kesombongan sehingga akal pikirku juga tak bisa menembus Zat Mu yang Suci. Andai Engkau pilih kasih, andai Engkau Bukan Sang Pemberi Terbaik, niscaya aku sudah Engkau tinggalkan dan tak Engkau urusi. Dan bila demikian adanya, aduhai sengsaranya aku.
Wahai Tuhanku, dalam keterpurukan dan ketersudutan yang aku alami, aku justru akan gunakan keadaanku ini sebagai suatu kesempatan untuk kembali kepada Mu. Maka, terima aku …

Ia Bisa Datang
Tanpa Mengetuk Pintu
Ampunan atau kemarahan Nya adalah dua pilihan yang harus aku pilih sebelum akhirnya kematian membuatku tak bisa lagi memilih.
Wahai Tuhanku, waktu dan kematian ada di tangan Mu. Adakah kesempatan bagiku untuk memilih ampunan, sebelum kematian datang? Adakah aku mampu meniti jalan orang-orang yang kembali, sebelum aku berhenti menjadi manusia?
Wahai Tuhanku, Pemilik Hidayah, aku berkenan akan hidayah Mu, meski Engkau Mahatahu dan Maha Melihat bahwa perilakuku masih jauh dari perilaku orang-orang yang layak mendapatkan hidayah Mu.
Ajarkan aku tentang kematian yang datangnya tiba-tiba, ajarkan kepadaku tentang keterpurukan dan ketersudutan orang yang menjauh dari Mu, dan ajarkan kepadaku tentang keadaan negeri akhirat, di mana pelaku kebaikan di dunia akan mendapatkan kebaikan dan pelaku keburukan akan mendapatkan pula keburukan, di sana, di negeri yang aku tidak bisa kembali lagi.
Demi kuasa Mu, demi kasih dan sayang Mu, jadikanlah aku manusia arif yang saleh, di mana ridha Mu yang membungkus nafsuku dan ajaran Mu yang menyelimuti pandanganku. Aku boleh berlaku salah, tapi Engkau Tuhan yang tak pernah menutup pintu. Aku juga boleh berlaku aniaya, tapi Engkau Tuhan Yang Maha Pengampun.

Apa pun yang Kulakukan
Ada Konsekuensinya
Jangan berjalan seperti orang buta. Sedangkan orang buta saja masih bisa menggunakan mata hatinya. Duhai Allah Yang Mahatahu, mataku sering buta, sehingga aku sering memandang bagus perbuatan yang sesungguhnya buruk.
Duhai Rabb Yang Mahatahu, andai Engkau tidak berkenan menyelematkan aku, tentulah aku tiada pernah bisa menyelematakan diriku. Sebab, aku lebih banyak salahnya, sebab aku lebih banyak lupanya.
Ya Allah, Engkau ajarkan aku bahwa di hadapanku ada akibat dari setiap perbuatan yang aku kerjakan. Dan bahwa nanti di kehidupan kedua, aku akan Engkau hidangkan menu acara yang sudah aku lakukan ketika hidup. Janji Mu, tidak ada hal yang kecil yang tidak akan aku lihat. Kebaikan akan dibalas kebaikan dan keburukan akan dibalas keburukan.
Demi nama Mu Yang Maha Pengasih dan penyeyang, kiranya perkenankanlah catatan buruk kehidupan ku terhapus. Terhapus selamanya hingga tak pernah terbuka lagi, hingga di yaumil hisab kelak.

Perbuatan Buruk
Selalu Berbekas
Ya Allah, kenapa semuanya cepat berlalu dan selalu meninggalkan catatan buruk. Kesialan dan keburukan, seolah menjadi trademark tersendiri bagi kehidupanku. Benarkah?
Lihatlah, Ya Allah … kini keburukan demi keburukan mulai mengintai lagi. Jalannya selalu beriringan dengan jalan mulus melaju, langkahnya selalu berbarengan dengan jalan bebas hambatan yang tertahan …
Hanya kepada Mu Rabb, aku kembalikan sgala perbuatanku dan lagi-lagi aku serahkan semua permasalahan yang sebenarnya aku buat sendiri. Aku buat orang-orang menjadi susah. Aku tinggalkan jejak berlumpur, sementara aku masih bisa duduk tenang, bahkan ikut berdendang melantunkan lagu.
Tidak ada kejahatan sempurna yang dilakukan manusia. Semua pelaku keburukan akan dikejar keburukan yang mereka lakukan. Kalau bikin susah orang, nanti jadi susah sendiri. Dosa besar terjadi karena tabungan dosa kecil yang dilakukan terus menerus
Maafkan aku, Rabb …

Aku Tak Mengerti
Terhadap Diriku Sendiri
Ya Allah, Pemilik Ketenangan dan Kebahagiaan. Boleh jadi, kehidupanku gelisah dan resah karena keburukanku lebih banyak ketimbang kebaikan. Ya Allah, Engkau tandai kesalahan dan dosa dari ketidaktenangan setelah perbuatan itu terbuat. Karena perbuatan dosa hanya akan menghasilkan ketidaktenangan bagi si pelakunya. Kecuali mereka yang sudah mati hatinya, yakni tiada merasa bersalah kalau berbuat kesalahan.
Ya Allah, buka mataku, sadarkan hatiku bahwa Engkau Maha Melihat semua hal. Kalau aku mau berbohong, Engkau tahu dan Engkau melihat. Kalau aku mau berbuat maksiat, Engkau tahu dan Engkau melihat. Kalau aku mau berbuat buruk, Engkau tahu dan Engkau melihat. Dengan demikian, timbul rasa takut dan malu kalau niatan jahat tersebut sampai terlaksana.
Ya Allah, tambahkanlah juga pengetahuanku menjadi sebuah keyakinan bahwa tidak ada satu pun perbuatan buruk yang menguntungkan. Kalaupun menguntungkan, pasti akan berakhir dengan pesona penderitaan. Supaya aku sadar dan kemudian bisa menghentikan lelaku buruk.
Engkaulah Tuhanku dan Engkau tunjuki jalan bagi orang yang menginginkan pertobatan dari Mu. Izinkan aku membumikan doaku sehingga berujung pada keselamatan dan kebahagiaan.
Aku tidak mengerti terhadap diriku sendiri, Ya Rabb …

Perlakukan Orang Lain
Sebagaimana Kita Ingin Diperlakukan
Duhai Zat Yang Maha Kuasa atas segala hal, permasalahan yang aku buat adalah memang akibat kesalahanku. Tapi, permasalahan-permasalahanku akan aku bawa ke hadapan Mu, meminta jalan penyelesaian dari Mu. Duhai Zat Yang Maha Kuasa atas segala hal, permasalahan memang bagian dari kehidupan, tapi yang jadi masalah adalah setiap hari, setiap saat, wajahku dihadapkan pada permasalahan, seolah kehidupan hanya untuk permasalahan.
Tanpa kuasa Mu, tanpa pertolongan Mu, aku akan senantiasa terjebak pada pola hidup permasalahan dan tak pernah bisa membebaskan diri. Dan akankah jalan kehidupanku bisa aku ubah, Ya Allah?
Perlakukan orang lain sebagaimana aku ingin diperlakukan.
Ada rumus kehidupan yang baku. Kebaikan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan dibalas dengan kejahatan. Dan di atas segalanya, ada Dia Yang Maha Melihat. Siang itu terang, jangan gelapkan dengan perbuatanku. Bumi Allah itu luas, jangan aku persempit dengan sebab langkah salahku.
Akhirnya, keridhaan dan kehendak Mu jualah yang menjadi penentu gerakku. Hanya yang aku minta, selamatkanlah aku, tolong Ya Allah, selamatkanlah aku …

Kasihanilah Diriku Ini Ya Allah
Engkau tetapkan diri Mu sebagai Sang pengasih. Engkau tetapkan diri Mu sebagai Sang Penyayang, tak mau Engkau menzalimi semua makhluk Mu. Dan Engkau tetapkan juga kezaliman menjadi sebuah keharaman yang berlaku di langit dan di bumi.
Dalam perjalananku meniti kehidupan, teteskan juga sifat kasih dan sayang yang Engkau miliki sebagai bagian dari sifat-sifatku. Jangan permudah aku bila aku ingin menganiaya seseorang, jangan permudah aku bila aku ingin menzalimi seseorang.
Untuk setiap kezaliman yang sudah terjadi, untuk setiap dosa yang sudah terbuat, untuk setiap kemasiatan yang sudah terlanjur, ampunan dan maaf Mu sungguh sangat aku harapkan. Tanpa ampunan dan maaf Mu, akan kembali kesesatanku menjadi kegelapan dan kehinaan bagi kehidupanku.
Ya Allah, langkah sesatku menjadikan aku berkehidupan buruk. Lonceng kegelisahan dan keresahan menjadi simbol kehidupan burukku. Luasnya bumi terasa seperti selebar daun kelor. Keelokan mentari pagi tak bisa terlihat dan siang menjadi sama saja dengan malam karena aku hidup dalam tekanan ketakutan yang sangat.
Haruskah kehidupan seperti ini yang aku jalankan hingga kematian menjadi hakku? Aduhai, alangkah buruknya kehidupan yang aku jalani!
Demi melihat Zat Mu Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyeyang, bolehlah aku sedikit berharap, langkah-langkah burukku Engkau hapus, dosa-dosaku Engkau maafkan. Rasanya hanya dengan ampunan dan maaf Mu, kehidupanku bisa kembali normal.
Aku sadar, bukan sekadar harta yang harus aku kejar sekarang, tapi yang jauh lebih penting adalah menggapai kasih sayang Mu dan keridhaan Mu. Semoga Engkau berkenan dan pasti Engkau berkenan.
Ya Allah, Pemilik dan Penguasa Hari Akhir, jangan suara sesal seperti ini terdendang lagi di yaumil akhir kelak. Jangan, Ya Allah … biarlah ia terdengar hanya di sini, ketika aku masih hidup. Kasihanilah diri ini, meskipun diri ini tidak mengasihani diri sendiri …

Kotoran dan Noda
Semua yang kotor itu bau. Dan baunya akan mengikuti ke mana pun kotoran itu pergi. Bila aku mencintai Allah, ketahuilah Allah itu mencintai keindahan. Manusia seringkali ribut bila berbadan dan berwajah kotor. Tapi tak merasa jengah bila berhati kotor dan berpikiran kotor. Duhai Tuhanku, Engkau Mahasuci tiada mau dekat-dekat dengan yang kotor. Sedangkan aku penuh kekotoran, tak bisa dekat dengan Mu Yang Mahasuci. Tapi bila Engkau berkehendak, Engkau bisa menyucikan aku secepat yang Engkau mau.
Sungguh aku tidak mengerti apa sesungguhnya yang terjadi pada diriku. Aku merasa resah karena kesalahanku, tapi tiada bosan memulai kesalahan-kesalahan baru. Aku punya kesulitan, tapi tak kunjung sempurna penghadapan wajahku kepada Mu. Aku punya segudang permasalahan, tapi tak juga terbangun kepasrahan total pada kuasa Mu.
Ya Allah, kiranya kotoran badan dan hatikulah yang membuatku begitu berat melangkah untuk kembali pada Mu. Bila saatnya Engkau akhiri kehidupanku, kiranya Engkau berkenan memberikan air kesucian kepadaku, agar aku bisa menghadap Mu dengan hati yang suci.
Ya Allah, biarlah aku mempunyai dosa dan kesalahan yang menurut manusia tak termaafkan. Tapi Engkau jua yang memiliki kehendak dan ampunan. Apakah aku terlalu berahap? Aku yakin tidak, sebab Engkaulah Tuhan yang penuh harapan dan tak akan membiarkan hamba Mu berharap dengan harapan yang kosong.

Bayangan
Keburukan itu seperti bayang-bayang yang selalu mengikuti tuannya. Tidak ada keburukan yang tidak diketahui Tuhan. Kalau menanam pohon cabai, mana mungkin berbuah mangga? Hal-hal yang baik hanya dikuasakan Tuhan kepada mereka yang baik-baik.
Ya Ilahi Rabbi, hanya karena rahmat Mu, bayang-bayang keburukan tidak segera menyapa kehidupanku. Tapi aku paham, cepat atau lambat ia akan hadir dalam kehidupanku. Dan bila ia sudah menyapa atau bahkan ketika ia mulai hadir, bentuknya bisa jadi kegelisahan, penderitaan, atau permasalahan-permasalahan. Dan aku juga paham, hanya ampunan dan maaf Mu yang membuat bayang-bayang keburukan enggan hadir di kehidupanku. Untuk itu, Ya Rabb, catatkanlah aku sebagai orang yang berhak dan pantas Engkau ampuni.
Ya Rabb, bila ada di antara kami yang masih mencari rezeki di luar jalan Mu, sedangkan dia ingin berhenti, tapi tidak tahu dengan apa ia makan kelak, bantulah ia agar Engkau berkenan menunjukkan kuasa Mu. Carikanlah jalan lain yang Engkau ridhai danm kuatkanlah aku agar percaya kepada Mu bahwa Engkau pasti memberikan yang terbaik sehingga aku sanggup meninggalkan cara lama sesegera mungkin.
Ya Rabb, ubahlah bayang-bayang keburukanku menjadi bayangan indah sebab perbuatan baik. Jadikanlah mata dan lisanku begitu ringan berbuat baik. Jadikanlah tangan dan kakiku begitu ringan diajak berbuat baik dan jadikanlah hati dan pikiranku condong kepada kebaikan dan mulai membenci keburukan. Ya arhamar rahimin, irhamna.
Sekali lagi pikirkan, kalaulah pohon cabai yang kita tanam, tidak akan mungkin ia berbuah mangga.

Korban Perbuatan Dosa
Ya Allah, keburukanku mengejarku ke mana pun aku melangkah dan di mana pun aku berada. Kejaran keburukan hanya tinggal menunggu waktu yang Engkau tetapkan. Kecuali Engkau menghendaki untuk menahannya.
Ya Allah, sepanjang yang aku tahu, keburukanku demikian banyak, sebanyak pasir di sepanjang tepian laut. Alangkah sesaknya napasku bila sampai Engkau berkenan menjatuhkan hukuman kepadaku atas segala dosa-dosaku.
Ya Allah, demi nama Mu Yang Maha Memberikan Ampunan, hanya ampunan Mu yang dapat menghentikan kejaran bukeburukan akibat perbuatan burukku. Dan bila aku memperoleh ampunan Mu, itu sebab Engkau Mahakasih dan Pemurah terhadap para pendosa.
Ya Allah, maafkanlah mereka yang aku buat kecewa, yang aku buat merugi, dan yang aku buat menderita. Gantilah kekecewaan mereka, kerugian mereka dan penderitaan dengan sesuatu yang jauh lebih baik dari sisi Mu. Yaitu ampunan, cinta dan kasih Mu.
Wahai Zat yang telah menciptakanku, perbuatanku membuatku tak tampak seperti manusia. Manusia itu diciptakan dari rahim seorang ibu, sedangkan hatiku terkadang keras seperti batu. Tak pandai memperhatikan orang lain dan tak pandai menaruh iba kepada penderitaan sesama. Bahkan, aku tak pandai menimbang dan berpikir ketika hendak melakukan sesuatu.
Wahai Zat yang telah menciptakan kehidupan, manusia itu diciptakan dengan sifat rahman dan rahim Mu, sedangkan jejak kehidupanku jauh dari kehidupan cinta dan kasih sayang. Wahai Sang Pencipta, Engkau tahu segala kekuranganku, kiranya Engkau berkenan menutup segala kekurangan itu dengan semudera kebijaksanaan Mu yang tak terbatas.
Ya Allah, semestinya aku sendiri yang seharusnya menangis. Banyak keluarga yang aku buat susah. Ya Allah, kalau kematian sebenarnya lebih baik buatku agar tak banyak lagi orang yang terzalimi, baik langsung maupun karena kebodohan berpikir dan berbuat, biarlah Engkau cabut nyawaku sekarang. Asal Engkau ampuni dan Engkau beri maaf. Ya Allah, andai memang jatah hidupku ternyata masih panjang, jadikanlah aku orang yang bisa menebus kesalahan dengan kebaikan.
Wahai Pemilik Segala Ampunan, Engkau tahu langkah-langkah sesat hamba, kiranya Engkau juga berkenan menutupnya dengan ampunan dan maaf Mu. Semua ini agar aku kembali menjadi manusia yang berwajah manusia, berhati manusia, berpikiran manusia dan berbuat seperti perbuatan manusia.

Peliharalah Cinta
dan Kasih Sayang yang Tulus
Peliharalah cinta dan kasih sayang yang tulus. Karena ia akan menumbuhkan jutaan cerita indah yang menyenangkan. Biarkanlah perbuatan dosa mengalir cepat dan tumbuh semakin besar … hingga kemudian aku tersadarkan ketika aku dan atau anak keturunanku sendiri yang menjadi korban!
Ya Allah, berikanlah kekuatan bagi diriku untuk bisa menahan dan mencegah kemungkaran, baik yang akan dilakukan oleh diriku dan atau yang dilakukan oleh orang-orang di sekelilingku.
Ya Allah, izinkanlah aku tidak mencicipi keburukan dari akibat buruk perbuatan burukku sendiri, meskipun aku sadar setiap pelaku keburukan akan dibalas dengan keburukan mereka sendiri. Apalagi, itu adalah akibat perbuatan buruk orang lain.
Di balik satu kejahatan, ada sejuta cerita sedih dan derita yang bakal terekam.

Kebiasaan
Sesuatu yang dibiasakan akan menjelma menjadi karakter. Jangan kebanyakan berbuat dosa. Nanti keenakan dan berujung pada kematian, yang karenanya tak sempat mengubahnya. Hidup ini harus dibawa senang. Jangan menyimpan dendam dan berlakulah baik pada semua orang.
Ya Allah, tanpa sadar, kelakuanku ternyata banyak menimbulkan penderitaan yang menyakitkan, sekaligus menyedihkan buat mereka yang menjadi korban. Ya Allah, tanpa sadar aku telah membekukan mata hati dan kebeningan berpikir, yang menjadikan aku berjalan tanpa cinta dan kasih. Bila memang keburukan adalah akibat yang seharusnya aku terima karena perbuatan-perbuatan burukku, dengan penuh kesedihan aku terima keharusan itu. Ya Allah, bila penderitaan adalah sebuah kelaziman buatku, pelaku kezaliman, dengan penuh penyesalan kuterima. Tapi demi melihat Zat Mu, di mana sifat kasih dan sayang Mu begitu melekat pada diri Mu, aku memohon ampunan dan maaf Mu.
Ya Allah, gantilah penderitaan orang-orang yang aku buat menderita dengan kebahagiaan lain dari sisi Mu. Ya Allah, Engkau Mahakaya, gantilah juga harta orang-orang yang aku ambil tanpa hak, dengan harta yang lain yang lebih baik dan lebih berkah dari sisi Mu. Sesungguhnya, tidak ada pengganti yang lebih baik, kecuali pemberian Mu.

Pada Kasih Sayang Mu,
Aku Banyak Bergantung
Terlalu gampangnya, aku melakukan dosa kecil menyebabkan aku mudah pula melakukan dosa besar. Terlalu seringnya, aku melakukan pelanggaran ringan, menyebabkan aku tiada takut melakukan pelanggaran besar. Padahal, tidak ada dosa besar kecuali dosa kecil yang dibiasakan. Dan tidak akan ada pelanggaran besar tanpa membiasakan pelanggaran-pelanggaran kecil.
Dengan kasih sayang Mu, aku mohon dihidangkan kebiasaan-kebiasaan buruk dan berganti dengan kebiasaan-kebiasaan baik. Aku khawatir aku terlalu jauh melangkah dan kematian keburu menjelang.
Duhai Tuhanku, aku adalah manusia-manusia yang terlampau sering melakukan kesalahan dan sedikit melakukan kebaikan. Bila memandang perbuatanku, hanyalah kenestapaan yang terbayang. Pada besarnya ampunan Mu, aku banyak berharap, pada tak terbatasnya kasih sayang Mu, aku banyak bergantung.

Meraih Kesenangan
dan Kebahagiaan di Sisi Nya
Wahai diriku, mana bisa kau hidup senang kalau kau hanya mementingkan diri sendiri? Mana bisa kau senang bila yang engkau hadapkan hanya keluhan dan keluhan, bukan rasa syukur? Mana bisa negkau senang kalau yang menjadi imam kehidupan adalah nafsu dan keinginan-keinginan pendek? Dan mana bisa engkau senang kalau tak ada upaya untuk merangkai kesenangan.
Duhai Pemilik Segala Kesenangan. Pintu segala kesenangan sejati ada di sisi Mu. Ajarkan aku cara mendapatkan kesnangan yang tidak berujung duka. Ajarkan aku cara meraih kesenangan yang tidak berujung tangis. Ajarkan aku merengkuh kesenangan tanpa melupakan diri Mu dan kewajiban ibadah kepada Mu.
Haruskah kebahagiaan ditempuh dengan cara instan? Haruskah kesenangan direbut dari tangan manusia lain? Haruskah tertawa dengan membuat orang lain menangis? Aduhai wajahku, aduhai hatiku, hidup ini sudah susah dengan banyaknya godaan berupa kesenangan dan kesulitan hidup. Engkau menambah susah dengan memperturutkan nafsu dan memanjakan keinginan. Lihatlah sekarang, tahun-tahun mestinya hidupmu senang, kau masih terus susah.
Berkacalah dari kegagalan diri sendiri dan kegagalan orang-orang yang mengejar dunia dengan cara instan. Belajarlah dari keterpurukan diri sendiri dan keterpurukan orang-orang yang pandai menipu dirinya sendiri. Belajarlah dari para pendosa. Tangisan pendosa mampu membuat burung berhenti mengepakkan sayapnya, berhenti sejenak, untuk belajar dari kesalahan mereka. Rintihan penyesalan mereka akan mampu membuat angin berhenti bertiup, memilih belajar cara menghargai hidup dan kehidupan.
Demi napasku yang ada di tangan Mu, ampunilah kebodohanku, maafkanlah kesalahanku. Kalau aku boleh umur panjang, panjangkanlah umurku dalam ketaatan dan kebaikan …
Menggapai Ketenangan
dari Tangan Kuasa
Mengapa aku harus menangis ketika kesusahan demi kesusahan datang? Sedangkan dulu, tidak pernah menyesal ketika membuat orang lain susah. Yang aku harus tangisi adalah andai kemarahan Engkau sampai berwujud sehingga mengalahkan ampunan dan maaf Mu. Sedangkan aku tahu bahwa ampunan dan maaf Mu masih terlalu besar dibandingkan dengan dosa yang aku lakukan.
Tapi, ada satu yang aku khawatirkan Rabb, adakah mereka yang aku kecewakan akan memberikan maaf kepadaku. Aku sanggup meminta maaf kepada Mu, karena aku tahu Engkau Maha Memaafkan. Sedangkan kepada mereka yang aku kecewakan? Aku tidak sanggup. Bercampur antara malu dan takut. Tolonglah aku, Ya Rabb. Sempurnakanlah jalan pertobatanku. Aku ingin jalan yang tertiti ini, sebagai rajutan sisa umurku. Benar-benar dalam kebaikan yang tak terburai lagi.
Apa yang lebih mahal daripada ketenangan? Dunia ini, dengan segala kemewahan dan pesonanya, tidak akan pernah memberikan kenikmatannya andai ketenangan ternyata malah hilang ketika dunia tergenggam. Wahai Pemilik Ketenangan, aku salah mencari ketenangan pada kekayaan semata, yang terengkuh tanpa keberkahan. Aku akui, aku salah mencari ketenangan pada popularitas yang mengabaikan diri Mu. Di tangan Mu, semua ketenangan berada, sebagaimana kemuliaan, kehormatan dan kekayaan yang sebenarnya. Semestinya, aku cukup mencarinya di sisi Mu. Kini aku kelelahan sendiri …
Semoga terhadap diri ini, dengan segala apa yang pernah aku jalani dan dengan segala apa yang aku hadapi, menjadi pelajaran bagi diri ini dan bagi diri orang-orang yang menghendaki keselamatan dari Mu.

Gelapnya Kehidupan,
Karena Ulah Diri Sendiri
Adalah wajar bila hidupku susah dan lama untuk hidup senang kembali. Sebab aku belum kunjung bertobat sebenar-benarnya tobat. Adalah wajar bila banyak kesulitan terhidang dalam tahun-tahun terakhir ini sebab aku terlalu banyak membuat orang menangis.
Ya Allah, bila Engkau takdirkan sisa hidupku dalam kebaikan, lanjutkan hidup ini dan tetapkanlah kebaikan menjadi hiasan hidupku. Tapi kalau Engkau tahu bahwa aku tak akan pernah bisa mengubah kedunguanku, berjalan dengan dosa di tengah tatapan Mu, hentikanlah perjalanan hidupku. Ampunan dan rahmat Mu semoga mengiringi keputusan apa pun yang Engkau ambil. Dan tidak ada keputusan yang Engkau ambil, kecuali itulah yang terbaik buatku, buat orang-orang sekitarku dan buat lingkunganku.
Gelapnya kehidupan adalah karena diri sendiri yang menggelapkannya. Allah menerangi jalan diri, diri menggelapkan dengan bohong dan dusta. Allah membelai dengan kasih dan sayang Nya, diri membalas dengan dosa kepada Nya. Betul-betul bodoh manusia itu.
Saatnya menggunakan hati untuk mengoreksi kehidupan sekian tahun yang dijalani.
Andai Allah main hitung-hitungan, seperti aku menghitung Dia bahwa mestinya aku sudah senang lantaran aku sudah tobat, ketahuilah mestinya aku sudah mati, mestinya aku sudah tidak bisa tertawa lagi. Kalau aku masih bisa melangkah justru ketika aku sadar dosaku semakin banyak, belum tertebus amal yang seimbang, maka itu lantaran kasih sayang Nya semata.

Ya Tuhanku, Jangan Biarkan
Hatiku Kacau …
Sebelum perbuatan buruk terjejak, sebelum kesalahan terbuat, adalah keindahan yang selalu terbayang sebagai kenikmatan atau keuntungan. Nyatanya, stelah setan menghilang, tragedi yang mengenaskan yang terpampang di depan mata. Setan selalu mempermainkan. Ia kipasi satu perbuatan hingga diri menganggapnya indah, menyenangkan dan menguntungkan.
Banyak hal yang sia-sia dalam hidup ini bila langkah keburukan yang terjejak.
Aku kira surga dunia, tidak tahunya neraka dunia. Betapa diri ini mudah terperdaya setan dan bisikan hawa nafsu. Ya Allah, jangan biarkan setan dan hawa nafsu menutupi pandangan hingga tak mampu aku menjangkau kenyataan di balik godaan yang terhidang. Lelah aku terpojok perbuatan burukku sendiri. Lelah dan lelah. Hanya kepada Mu, aku memohon perlindungan dari kezaliman diri sendiri.
Kebanyakan manusia akan mencari Tuhannya ketika kesulitan menghadang kehidupan mereka. Tapi ketika kesulitan berlalu, berlalu juga mereka dari hadapan Tuhan. Akankah aku termasuk dari kebanyakan mereka ini? Sebagian manusia disebut Tuhan sebagai manusia penghianat yang lupa berterima kasih. Adakah aku menjadi bagian yang disebut Tuhan ini?
Bahkan, dunia lebih sering menjebak pemburunya dalam konflik batin dan fisik yang berkepanjangan. Lupa diri dan keinginan yang berlebihan, adalah sebuah godaan. Maka berlindunglah kepada Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari, ketika hawa nafsu bertarung dengan keinginan berjalan lurus, aku terlalu sering menjadi orang yang kalah. Pertarungan dimenangkan oleh hawa nafsu. Aku tidak punya senjata keimanan yang matang, dan tak punya kesiapan kesabaran yang bagus. Ya Allah, begitu juga bila aku sudah berhadapan dengan permasalahan, aku seringkali menjadi orang yang panik, yang akhirnya sikut kiri sikut kanan. Padahal aku paham, padahal aku sadar, bahwa caraku itu hanya akan melahirkan permasalahan-permasalahan baru.
Haruskah aku menjadi orang yang senantiasa kalah, lantas beroleh kehidupan yang sempit? Haruskah aku menjadi orang yang tiada memiliki benteng keimanan yang kuat dan kesabaran yang tinggi, sehingga aku harus terpuruk dan tersudut? Sesungguhnya aku bosan hidup susah, aku jenuh hidup gelisah, tolong aku Ya Allah, Engkau punya kuasa untuk menolongku …
Ya Tuhanku, jangan biarkan hatiku kacau karena kesulitan yang aku hadapi …

Tumbuhkan Kepedulian
Ketika Masih Bisa Tertawa
Seseorang di alam kubur sana menjerit ketakutan. Ia dituduh memakan harta anak yatim dan akan segera diputuskan hukumannya melalui pengadilan alam kubur. Sebelumnya orang itu bertanya, “Aduhai, mengapa tuduhan menyakitkan itu dijatuhkan kepada saya? Apakah saya sudah menjadi pemakan harta anak yatim? Tidak! Sepanjang umur saya, saya tidak pernah memakan harta anak yatim!”
Tiba-tiba ada suara keras menyanggah, “Bahkan, engkau memakan juga harta orang miskin!”
Orang itu berkata lagi, “Tuduhan apa lagi itu?!!! Saya selalu berbisnis dengan benar, mengumpulkan harta dengan cara yang halal. Tunjukkan, di mana bukti tuduhan itu?!!!” Orang itu menantang.
Akan tetapi, ketika dibeberkan bukti di balik tuduhan dan ancaman sanksi hukumnya, orang itu tertunduk lalu menangis, dan mengiba minta dikembalikan ke dunia untuk meluruskan apa yang ternyata memang benar dituduhkan kepadanya.
Apa gerangan yang membuat ia menangis, setelah ia menantang hebat, tak menerima tuduhan itu?
Rupanya, ia diberi tahu bahwa memang ia berlaku jujur, betul ia berbisnis dengan etika bisnis yang baik, yang halal, tapi ia lupa akan satu hal. Ia lupa berbagi kenikmatan, ia lupa berbagi kepedulian terhadap sesama. Kenikmatan dan kesuksesan yang ada di genggamannya hanya untuk dirinya.
Di mata Allah, ketika diri tidak mau berbagi, ketika diri tidak mau peduli, sama saja diri memakan harta anak yatim dan memakan bagian orang miskin. Coba pikirkan, bukankah selalu ada hak mereka di setiap tetes hasil keringat diri? Bukankah ada kewajiban diri mengeluarkan sebagian rezeki diri untuk mereka?
Tumbuhkanlah kepedulian ketika diri masih bisa tertawa. Tumbuhkanlah rasa ingin berbagi dan kemampuan meraba penderitaan orang ketika diri masih senang. Jangan sampai Allah ingatkan diri dengan mempergilirkan kesusahan, dengan mempergilirkan penderitaan, lantara diri tidak pernah mau menengok kanan kiri.

Jangan Biarkan Aku Hidup
Tanpa Sentuhan Kasih Sayang Mu
Mereka terus berpuasa meski bukan saatnya berpuasa, lantaran ketiadaan makanan, lantaran ketiadaan minuman. Mereka berpuasa tanpa ujung! Mereka lapar … sementara perut diri kenyang. Mereka sakit, tanpa ada obat, apalagi biaya berobat … sementara diri menambah terus kesakitan mereka dengan mempertontonkan kemewahan dunia di hadapan mereka … di depan mata mereka … yang sedang berpakaian kemiskinan. Mereka menangis, mereka merintih, adakah di antara diri yang peduli …?
Di setiap tetesan nikmat yang diri rasakan, ada baiknya diri mengingat bahwa ada orang lain yang juga berhak untuk merasakannya.
Ya Allah, Engkau ciptakan manusia atas dasar kasih dan sayang Mu, bagaimana kemudian aku bisa menjadi manusia yang tak mempunyai kasih sayang? Ya Allah, Engkau pelihara aku dengan cinta Mu yang tulus untuk kepentinganku semua, lalu bagaimana mungkin aku menjadi manusia yang hidup tanpa cinta dan memenuhi kehidupan dengan pertikaian dan permusuhan?
Ya Allah, Engkau pelihara bumi dan langit dengan pemberian yang tak terhingga, lalu bagaimana mungkin aku bisa hidup dengan tangan terbelenggu lantaran kikir dan menebar kebencian dan permusuhan lantaran keserakahan dan kesombongan? Itu semua mungkin karena aku hidup di atas nafsu, bukan di atas ridha Mu. Bila Engkau berkehendak, tetapkan sifat kasih sayang Mu menjadi sifatku juga, mengalahkan segala potensi sifat-sifat buruk yang ada. Agar aku bisa menjadi manusia pengasih, yang peduli terhadap nasib sesama.
Wahai Pemberi rezeki, jangan biarkan aku memenuhi perutku sendiri sementara ada begitu banyak perut yang terabaikan. Jangan biarkan aku mampu menikmati kemewahan dalam kesendirian tanpa ada keinginan berbagi. Dan jangan biarkan aku hidup tanpa sentuhan kasih sayang Mu, yang membuat aku hanya menjadi manusia tanpa jiwa, kering dan hampa

Menolong Sesama
Kadang Allah mernampakkan diri Nya dalam bentuk deritanya orang-orang dhuafa. Dalam kesenangan ada wajah Allah, dalam kesusahan juga ada wajah Allah. Dalam kebahagiaan ada wajah Allah, dan dalam kesedihan, juga ada wajah Allah. Di setiap keadaan, akan selalu ada wajah Allah. Allah, Tuhan Pemilik Kebahagiaan, bahagia menyaksikan diri membahagiakan sesama. Allah Tuhan Pemilik Kesenangan, senang menyaksikan diri menyenangkan sesama.
Demi melihat kelakuanku, aku sendiri tidak mengasihi dan menyayangi diriku sendiri. Aku masih berjalan dalam kegelapan, aku masih membiarkan hati nan kotor yang memimpin kehidupanku, aku masih memudahkan lisan berbohong. Lalu, bagaimana mungkin aku lalu ingin mengasihi dan menyayangi sesama?
Mudahkanlah Ya Allah bagiku untuk bertaubat, tetapkanlah keistiqamaan dalam diriku, dan biarkan pintu harapan senantiasa terbuka untukku dan untuk segenap orang-orang yang berkenan menjadi hamba Mu.
Rabb … berilah kekuatan pada diriku untuk bisa memerhatikan dan memedulikan sesama. Karena aku tahu, jalan keselamatan, khususnya untuk orang-orang sepertiku yang bermandikan dosa, adalah dengan banyak-banyak menolong sesama dan banyak-banyak meringankan penderitaan sesama.
Engkau Yang Mahakuat berfirman, lewat Nabi Allah Muhammad Rasul Mu, bahwa siapa saja yang ingin diringankan penderitaannya, hendaknya ia ringankan penderitaan sesama. Siapa saja yang ingin diangkat kesusahannya, angkatlah kesusahan sesama. Dan bahwa siapa saja yang menginginkan pertolongan Mu, hendaknya ia menolong sesama

Sikap Berlebih-lebihan
Haruskah Ramadhan diri tunjukkan dengan kesukacitaan yang berlebihan? Tuhanlah Pemilik semua rezeki dan Dia sudi berbagi dengan diri. Bagaimana mungkin diri tak mau berbagi, sedang sejatinya tak ada yang diri miliki …? Bahwa kesukacitaan itu tidak boleh milik diri semata, bahwa kegembiraan itu tidak boleh hanya diri yang merasakan.
Sikap berlebih-lebihan diri tampaknya sudah betul-betul kelewatan. Di hari-hari sepanjang Ramadhan dan bahkan di hari raya pun, sikap ini bahkan kadang menjadi-jadi. Aku menjadi manusia yang lupa bahwa menyambut hari raya adalah segalanya, tapi penyambutan yang segalanya ini lebih bersifat dunia, bukan hati. Akhirnya, yang muncul adalah kemewahan dan berlomba-lomba tampil menjadi yang terbagus. Diri lupa bahwa tidak semua orang bisa berhari raya. Diri juga lupa bahwa tidak semua orang bisa berbuka puasa dengan layak.
Bagaimana bila ukuran kebahagiaan itu adalah ketika diri mampu berbagi kebahagiaan? Jangan sampai kebahagiaan diri tukar dengan penderitaan dan kesedihan.
Ya Allah, di tengah kemegahan kepunyaan Mu, Engkau tidak sombong, di tengah ketinggian kekuasaan Mu Engkau tidak lupa terhadap hamba-hamba Mu, dan di tengah kebesaran Mu, justru Engkau menjadi Tuhan yang mengasihi dan menyayangi hamba-hamba Mu.
Sungguh manusia macam mana diri ini, kepunyaan diri teramat sedikit tapi sudah berjalan dengan kesombongan. Kekuasaan dan kekuatan diri pun apalah artinya, dibandingkan dengan kekuasaan dan kekuatan Mu, tapi diri sudah begitu aniaya.
Wahai Zat yang memiliki bimbingan. Bimbinglah aku menemukan arti dari kebahagiaan. Kebahagiaan ketika aku bisa membahagiakan orang.
Ampunkan diri ini Ya Allah …

Tengoklah Sekitar Diri
Tengoklah sekitar diri. Saat ini semakin banyak orang yang susah menemukan makanan.allah, Tuhan diri semua, menjanjikan kebahagiaan bila diri mau berbagi. Allah, Tuhan diri semua, menjanjikan bantuan dari Nya, bagi siapa saja yang berkenan membantu sesama.
Harusnya aku berterima kasih kepada Mu, Rabb. Engkau berikan karunia kehidupan yang baik kepadaku, Engkau cukupkan kebutuhanku dan Engkau puaskan keinginanku yang bisa dicapai satu demi satu. Engkau sandangkan pula kehormatan untuk kedudukanku, dan Engkau bahagiakan aku dengan memberikan dunia untukku.
Ya. Seharusnya aku berterima kasih kepada Engkau. Tapi kenyataan yang terjadi adalah kebalikannya. Aku lupa berterima kasih. Aku genggam erat dunia seolah ia mutlak milikku dan hanya menjadi milikku. Serta aku nikmati kenikmatan dan kemewahan dalam kesendirian, dalam kesunyian.
Duhai Pemilik segala hal yang ada di genggamanku, sebelum semua milikku lenyap, ingatkan aku bahwa gunanya Engkau amanahkan harta dan kesempatan adalah agar ia aku gunakan juga untuk kemanfaatan orang banyak.
Duhai Tuhanku, sebelum semuanya dihentikan oleh kematian, hentikanlah kesombonganku dan ketidaktahuan diriku. Jadikanlah aku orang yang pandai bersyukur. Ingatkan aku, bahwa di saat banyak orang yang susah makan, justru aku hidup berlimpah. Ingatkan aku, ketika banyak orang berteriak susah, teriak duka, aku justru bisa tersentum lepas dan tertawa bebas. Ingatkan aku Ya Allah, ingatkan, sebelum datang keputusan Mu yang tiada dapat aku tolak.

Apa yang Sudah
Aku Lakukan?

Banyak yang menangis karena lapar. Banyak yang merintih karena kesusahannya. Tapi aku menangis lantaran tawa yang tak tertahankan. Dan merintih lantaran kekenyangan. Tanyakan. Tanyakan kepada diriku, apa yang sudah aku lakukan ketika Allah memberikan kepadaku kenikmatan, yang dengannya aku diminta untuk berbagi?
Lama sekali kepedulian menghilang dari ingatanku, begitu juga dengan sifat kasih sayang kepada sesama. Sudah lama aku tidak tersentuh dengan tangisan bayi yang kehilangan air susu ibunya. Sudah lama aku tidak iba terhadap mereka yang sakit yang kehilangan kesempatan berobat. Sudah lama aku tak kasihan dengan mereka yang tidak ketemu makanan. Sedang kenikmatan hidup melimpah dalam kehidupanku.
Semua itu sebab aku telah menjadi manusia serakah yang lebih mementingkan urusan perut diri sendiri. Lalu, masih layakkah aku menjadi abid Mu sedang Engkau Maha Pengasih? Masih layakkah aku menjadi abid Mu sedang Engkau Mahapeduli?
Wahai Yang Maha Pengasih, Engkau selalu membelai dengan kasih. Wahai Yang Ringan Menolong, Engkau selalu menolong lantaran peduli. Bila Engkau berkenan untuk menjadikan aku bagian dari hamba-hamba Mu yang saleh, jadikan aku orang yang memiliki kepedulian dan kasih sayang kepada sesama

Berbagilah Kenikmatan
Berbagilah kenikamatan karena Allah dekat kepada mereka yang mau berbagi.allah akan senantiasa membantu diri, selama diri berkenan membantu sesama.
Seharusnya aku malu, Engkau Maha Pengasih Maha Penyayang. Engkau beri kenikmatan semua makhluk ciptaan Mu, tapi kemudian aku menikmatinya dalam kesendirian.
Seharusnya aku malu, Engkau teteskan kebaikan yang begitu luar biasa besarnya kepadaku, tapi aku memandangnya sebagai sebuah kewajaran yang aku dapatkan karena ilmu dan kepintaranku.
Kekikiran, kedunguan dan kesombongan menyebabkan aku begitu susah berbuat. Ajarkan aku bahwa segala yang aku miliki adalah punya Mu semata dan Engkau menghendaki aki berbuat baik dan sudi berbagi. Aku mohon jadikan kebaikan dan ringan menolong sesama. Jadikan aku orang yang bermanfaat bukan hanya untuk diriku semata.
Diri sibuk mempertontonkan kemewahan dan diri sibuk menikmatinya dalam kesendirian. Sudah waktunya diri memulai belajar menghargai pemberian Allah dengan tidak mudah mengeluh, dan mulai belajar untuk berbagi kenikmatan



Jangan Takut Miskin
Lantaran Bersedekah
Jangan takut miskin lantaran bersedekah. Jangan khawatir berkurang harta karena memberi. Semua yang dikorbankan pasti akan dibayar berlipat ganda oleh Allah.
Begitu kikirnya tangan diri, hingga tak ada pintu tetangga dan kawan yang diri ketuk. Begitu beratnya kaki diri, hingga sedikit kebaikan yang tertempuh.
Bila ada sisa kebaikan yang dengannya Engkau anggap aku masih berhak hidup, jadikan tanganku terbuka untuk peduli terhadap sesama. Dan bila ada pertimbangan yang dengannya Engkau anggap aku masih layak Engkau beri kehidupan, maka jadikan aku ringan melangkah untuk kebaikan.
Sadarkan aku bahwa Engkau punya perbendaharaan karunia yang tak terhingga untuk orang-orang yang tak sayang akan harta benda dan nyawa. Dan sadarkan aku bahwa Engkau punya ujung kehidupan untuk mereka yang memiliki amal saleh.
Sedekah akan mengajarkan rasa syukur, menghancurkan tembok-tembok kesombingan, merubuhkan tiang-tiang keserakahan. Sedekah akan membersihkan hati dan harta, sehingga mudah dibawa mendekat kepada Sang Khaliq.
Mengundang datangnya rezeki, menyembuhkan penyakit, melepaskan penderitaan dan kesulitam, serta memanjangkan umur, adalah empat hal keutamaan sedekah.
Ya Allah, demikian tingginya keutamaan sedekah yang aku dapatkan dari tausiyah pada ulama, maupun langsung dari pengajaran Al Quran dan hadits, tapi aku tetap menjadi manusia yang kikir dan pelit. Susah sekali aku mengulurkan tangan untuk membantu. Sekalinya membantu, bantuanku mengandung muatan ketidakikhlasan. Apakah karena diri dan hati diri belum bersih? Bila demikian bersihkanlah aku Ya Rabb, karena hanya Engkau Yang Kuasa Memberihkan diri.
Ya Allah Yang Maha Memberi Rezeki, takdirkan aku menjadi hamba Mu yang ringan menyapa kesusahan orang, yang mudah meraba penderitaan orang dan yang bisa merasakan kepedihan sesama. Agar tumbuh kemauan berbagi dan kemampuan peduli.




Bagai Daun Busuk
Bagai daun busuk. Bila zakat tidak dikeluarkan, kebusukannya akan menjalar.kerusakan harta bisa berupa ketidakberkahan, dan kerusakan diri bisa berupa badan jadi penyakitan, serta gampang berbuat dosa dan maksiat …
Keindahan taman adalah bak keindahan kehidupan. Ia harus dijaga dan dirawat, supaya terjaga keindahannya.
Ya Allah Yang Maha Mengangkat Derajat, buatlah aku bisa menjadi bagian dari orang-orang yang bisa mengeluarkan zakat dan bersedekah. Bukan bagian dari orang-orang yang selalu meminta dan menjadi beban orang lain.
Aku jatuh karena aku sombong. Aku tersudut karena aku lupa. Aku terhempas dalam kehinaan karena aku lali dan bodoh.
Ya Allah Pemilik Kebenaran Semua Kata-kata dan Janji, ketika aku jatuh, ketika aku tersudut, dan ketika aku terhempas, ketenangan menghilang dari kehidupanku. Bahkan beragam kesusahan justru mampir menemani kegelisahan aku kembali.
Ya Allah Pemilik Ampunan Yang Tiada Ada Batasnya, ampunilah segala lelaku salahku. Itu bila aku layak mendapatkan ampunan Mu. Dan karenanya aku berharap, bahwa Engkau berkehendak menjadikanku orang-orang yang layak mendapatkan ampunan Mu
Dan jagalah perilakuku agar kehidupan yang sedang ditata ulang ini tidak rusak kembali. Aku memohon perlindungan dari Mu Ya Rabb Zat Yang Maha Melindungi.

Sebuah Nasehat
Teringat aku akan nasehat beikut:
Benar, bahwa uang dapat membelikanku rumah, tapi ia tidak bisa membeli keluarga, tidak bisa membeli rumah tangga. Uang bisa membeli teman, tapi bukan sahabat. Uang bisa mencukupi perut manusia, tapi ia tidak bisa membeli cinta kasih, tidak bisa memenuhi hati.
Uang bisa membeli barang ini barang itu, tapi ia tidak bisa membeli kedamaian berpikir. Uang bisa memberikan diri jabatan, tapi ia tidak bisa serta merta membelikan ketenangan.
Sama halnya dengan ungkapan, uang bisa membelikan diri tempat tidur, tapi belum tentu ia bisa membelikan diri tidur yang nyenyak. Uang bisa menghadirkan saat-saat yang membahagiakan, tapi sekali lagi, ia belum tentu bisa menghadirkan kedamaian pikiran.
Diri semua akan menghadap Allah. Pada hari itu tidak berguna harta dan keturunan, kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
Wahai Penawar Duka, Engkaulah Pemberi Kebahagiaan sebenar-benarnya kebahagiaan. Bilakah aku masih mencari kebahagiaan yang melahirkan duka? Bilakah aku masih mencari kedamaian yang berujung prahara?
Aduhai diriku, mengapa aku masih nyaman berselimutkan permasalahan dan kepelikan? Mengapa aku masih berkenan mendulang kegelapan? Tidakkah aku rindu kehidupan yang penuh kedamaian?

Hidupkan Hati,
Ingati Sesama Diri
Hidupkan hati dengan mengingat bahwa ada yang lebih susah dan lebih menderita daripada aku. Resapilah penderitaan sesama agar tumbuh kepedulian dan kasih sayang.
Manakala diri tidak bisa meraba kesusahan orang lain, tunggulah saatnya kesusahan itu dipergilirkan kepada diri!
Kesenangan akan dipergilirkan Allah. Begitu juga dengan kesusahan. Kalau ketika senang aku mengingat Allah dengan mengingat sesama, maka ketika susah, Alah dan sesama pun akan mengingat aku.
Ya Allah, bagaimana mungkin aku yang terlahir dari rahim seorang ibu lantas memiliki hati sekeras batu?
Ya Allah, bagaimana mungkin aku yang hidup dengan rahmat Mu, dengan kasih dan sayang Mu, lalu hidup dengan mengedepankan nafsu keserakahan dan kesombongan?
Ya Rabb, selamatkanlah aku dari pergiliran kesusahan, dari pergiliran penderitaan, hanya karena aku tak mau menoleh ke kiri dan ke kanan.

Inilah (Sebagian)
Wajah Islam
Dalam shalat ada gerakan salam, ke kiri dan ke kanan. Sebagian ulama memberikan keterangan bahwa dengan gerakan salam tersebut dianjurkan menengok kanan dan kiri dan menebarkan salam. Salam itu kedamaian, kesejahteraan, kepedulian, cinta kasih. Itulah salam dan itulah Islam.
Dalam puasa, ada nuansa merasakan penderitaan mereka yang papa, yang dhuafa. Betapa sengsaranya menahan lapar dan haus. Supaya setelah lepas berpuasa diri bisa meraba penderitaan orang lain. Saat berpuasa, diri tahu bahwa nanti magrib pun ada makanan yang akan dimakan. Bagaimana dengan mereka yang tidak tahu apakah mereka bisa makan atau tidak?
Dalam zakat dan sedekah, ada suasana menumbuhkan rasa, menumbuhkan kepedulian. Bersifat langsung, action. Cari mereka yang susah, yang tergolong dalam golongan mustahik, yaitu mereka yang layak menerima zakat untuk kemudian diberikan zakaT (wajib) atau sedekah (sunnah).
Inilah wajah sebagian ajaran Islam yang langsung maupun tidak langsung mengajarkan cinta kasih kepada sesama. Islam sendiri sudah mengandung makna keselamatan. Namun, keselamatan bukan berarti selamat sendiri. Harus bersama-sama. Kalau diri saja yang selamat, sementara yang lain tidak, bisa-bisa aku ikut-ikutan tidak selamat. Islam juga memiliki makna kesjahteraan. Selain makna penyerahan diri untuk diatur sepenuhnya oleh Sang Pengatur.
Bila ajaran agamanya sudah mengajarkan sesuatu yang begitu luhur, begitu mulia, lalu apa yang salah ketika justru permusuhan yang lebih dominan muncul. Apa yang salah ketika keserakahan dan kesombongan yang lebih tampak di mula?
Wallahu a’lam. Aku tidak mau mencari jawabannya di luar dari diriku. Manakalah kdiri tidak bisa meraba kesusahan orang lain, tunggulah saat kesusahan itu dipergulirkan kepada diri sendiri!
Ya Rabb, selamatkanlah aku dari pergiliran kesusahan, dari pergiliran penderitaan, hanya karena aku tak mau menoleh ke kiri dan ke kanan.

Belajar Memaknai
Hidup dan Kehidupan
Belajar hidup dan kehidupan dari pengalaman jatuh bangunnya seseorang selalu menarik. Pelajaran kehidupan. Begitu juga kalau ada kesempatan mempelajari kehidupan orang-orang sukses atau bahkan mereka yang tersudutkan, pasti tidak kalah menarik. Sejarah manis bisa dijadikan contoh dan motivasi. Sedangkan torehan duka, bisa membuatku menjadi waspada terhadap segala kemungkinan buruk.
Akan tetapi, kunci dari pembelajaran kehidupan, baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain, adalah kemauan memperbaiki diri dan jujur diri dalam bercermin. Percuma saja belajar dan mempelajari pengalaman demi pengalaman, kalau tidak mau memperbaiki diri dan tidak jujur kepada diri sendiri.
Mudah-mudahan, Allah, berkenan memberikan aku kesempatan untuk terus menerus memperbaiki diri, sebelum aku menghadap Nya kelak …

Anugerah Kehidupan
Tidak ada orang baik yang berkehidupan buruk, sebagaimana tidak ada orang buruk yang berkehidupan baik. Allah tidak akan tertukar dalam mengambil keputusan dan kehendak.
Aku sering mendengar nasihat yang amat menghibur sekaligus tegas bahwa tidak ada orang baik yang berkehidupan buruk, kecuali itu sebagai ujian belaka. Dan, tidak ada orang yang berperilaku buruk lalu mendapatkan kehidupan yang baik, kecuali itu merupakan sekadar penangguhan belaka. Penangguhan akan datangnya azab yang lebih keras. Dalam bahasa agama, hal ini disebut istidraj (penundaan).
Kehidupan adalah kesenangan dan kesusahan, yang ada akhir dan tanggungjawabnya.
Pantaslah bila aku hidup dengan kehidupan yang dekat dengan keburukan sebab aku berjalan tanpa kebaikan atau sedikit kebaikan. Aku sebenarnya tahu bahwa orang-orang baik akan dianugerahi kehidupan yang baik, maka untuk hidup baik perlu langkah-langkah yang baik. Tapi pikiran pendekku berkata, untuk baik ada cara yang lebih cepat, yaitu berbuat zalim, menipu, dan berbohong. Duhai Yang Maha Melindungi, ternyata engetahuan manusia itu terbatas.
Apa yang aku anggap baik, malah merusak kehidupanku sendiri. Kini, aku mau sadar sepenuh hati bahwa aku harus berbuat baik, bahwa aku harus berbuat baik, dan bahwa aku harus berbuat baik. Tidak ada waktu untuk berbuat buruk. Sebab sampai kapan aku bisa hidup enak, bila hidup selalu merugikan orang lain dan sedikit berbuat kebaikan.
Ya Allah, tolonglah aku dengan memberikan keridhaan dan kemudahan bagiku untuk berbuat baik. Sediakan ladang amal selalu untukku agar aku bisa berbuat baik dan buatlah aku mampu berbuat baik manakala ladang amal sudah terhidang di depan mata.



Tolak Keburukan,
Terus Tunjukkan Kebaikan
Islam tidak melarang manusia untuk kaya. Yang dilarang adalah mencari dan menggunakan kekayaan dengan melupakan Sang Pemberi dan melanggar hak sesama. Tolaklah pergiliran keburukan dengan terus menunjukkan kebaikan-kebaiakan kepada Allah, Zat Yang Maha Menolak Keburukan.
Rumah di dunia, aku percantik, tapi rumah keabadian, aku lupakan. Kemewahan dunia, aku kejar, tapi kehidupan akhir, aku lalaikan. Jatah umur, aku habiskan dengan ketiadaan ladang amal terbuat.
Ya Allah alangkah ruginya aku menjadi manusia bila tidak Engkau hentikan kebodohan dan kelalaianku. Dan alangkah ruginya aku bila tidak Engkau ingatkan, ada kematian yang aku sedang melangkah kepadanya, dan ada kehidupan kedua tempatku akan dibangkitkan.
Jika kehidupan ini mudah berubah, mengapa aku tidak meminta selalu perlindungan dari Nya? Doa menjadi salah satu sarana menghadirkan kuasa Allah. Dengan doa, boleh jadi sebuah kemungkinan buruk menjadi tidak terjadi.
Sombong benar aku melangkah, yang melangkah selangkah-langkahnya. Sombong benar aku berjalan, yang berjalan sejalan-jalannya. Tanpa melibatkan Engkau, tanpa mengharapkan Engkau hadir. Padahal, pada saat yang sama, aku tahu bahwa tidak ada kuasa bagiku, tidak ada kekuatan bagiku. Di seluruh kehidupan ini, la haula wala quwwata illa billah. Maafkan kesombonganku, duhai Yang Mahaagung …

Olah Rasa Takut,
Timbulkan Harapan
Kalau mau mengganti ketakutan dengan rasa aman, syaratnya mudah. Percaya saja kepada Allah dan jangan menyekutukan Nya. Dan kalau sudah percaya, jangan ragu-ragu.jaminan siapa yang lebih besar daripada jaminan Allah? Bila aku tidak mengetahuinya atau kurang meyakini hal tersebut, boleh jadi aku tidak mengenal Allah dengan baik.
Kalau di setiap saat, di setiap keadaan, ternyata aku penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran, dan aku juga butuh jaminan, saatnya aku mempertimbangkan memakai jaminan Sang Penjamin.
Wahai Penguasa Kehidupan, mestinya aku senantiasa bergantung kepada Mu, mestinya aku senantiasa berharap hanya kepada Mu. Maka, jadikanlah aku manusia yang selalu butuh kepada Mu, mau berharap kepada Mu dan juga Engkau perhatikan.
Atas segala kejadian yang sudah berlalu dan atas kesalahan pada masa mendatang yang sangat mungkin terjadi, aku memohon keluasan ampunan dan kebijaksanaan maaf Mu. Amin Allahumma amin.

Kesulitan dan Kesusahan,
Pintu Ingati Allah
Kesulitan dan kesusahan, penyakit dan kerugian, kadang bisa menjadi pintu yang bisa mengantarkan aku kembali mengingat Allah. Duhai Pemilik Kesabaran, Engkau ajarkan aku bersabar dalam merengkuh dunia, tapi aku tak sabar dalam memburunya. Akhirnya, kehidupanku malah diburu ketidaktenangan dan kegelisahan.
Duhai Pemilik Nikmat, Engkau sudah karuniakan aku kehidupan yang penuh dengan nikmat, tapi aku berjalan dengan ketidakpuasan dan perasaan kekurangan, akhirnya dahagaku tak terpuaskan, hingga aku tak bisa bahagia.
Bila Engkau masih mengizinkan aku hidup, tetapkanlah aku dalam kebaikan. Tapi bila nafsu dan keinginan masih aku utamakan, ampunan dan maaf Mu begitu aku harapkan.
Bentuk-bentuk pengajaran dan peringatan Mu, dalam beragam bentuknya, apakah ia sebagai ujian, musibah, atau keterpurukan, aku terima dengan baik sebagai keinginan Mu agar aku kembali kepada Mu. Maka, sebab rahmat Mu, terimalah aku kembali sebagai manusia yang Engkau sucikan dan Engkau berikan ampunan.

Lupa Diri
dan Lupa Bersyukur
Sejarah boleh bergulir, cerita dan pelaku boleh beda, tapi simpulan tetap sama, siapa saja yang bersyukur akan dipelihara segala nikmat. Dan bagi yang lupa, kesulitan terpampang di depan mata. Penyebab utama kesulitan diri adalah lupa diri dan lupa bersyukur.
Ada kematian yang semestinya mengingatkan manusia untuk tidak menempuh kehidupan yang buruk di dunia ini. Dua anugerah terbesar bagi manusia, adalah kesadaran diri dan terbukanya hati untuk Allah.
Salah satu ciri sahabat yang baik adalah ketika ia bisa mendoakan kebaikan bagi sahabatnya. Ada ujung kebaikan yang baik, untuk mereka yang memelihara diri.
Keindahan yang aku anggap keindahan, kebahagiaan yang aku anggap kebahagiaan, dan keberhasilan yang aku anggap keberhasilan, tidak ada artinya bila Allah tidak menyukainya.tidak heran jika aku menemukan banyak cerita di sekitar kehidupan diri bahwa kehidupan mereka yang begelimang dengan harta haram adalah kehidupan yang kering.

Awas! Harta
Antarkan Manusia ke Neraka
Tidak hanya harta yang membuat diri terseret pada jalan yang salah. Tapi kadang juga kesulitan hidup atau permasalahan kehidupan. Itu mungkin disebabkan oleh tipisnya iman. Kalau diri berbuat demikian, seolah diri tidak percaya bahwa rezeki itu ada di tangan Mu, padahal Engkau tidak akan memberinya bila aku menempuh jalan yang salah. Dan ini berarti, kalau aku dapatkan juga rezeki yang aku buru dengan langkah yang salah, berarti itu bukan rezeki, melainkan hadiah kemarahan Mu atau pengabaian Mu.
Demikianlah … mataku bila ia memandang selimut hawa nafsu. Langkahku bila ia berjalan diselimuti pikiran-pikiran pintas. Demi kemurahan Mu, Engkau memiliki pengambunan yang luar biasa besarnya. Demi keagungan Mu, Engkau memiliki maaf yang tak pernah terbatas.
Aku sering memandang bahwa dunia itu segalanya bagiku sehingga aku rela melakukan perbuatan apa saja demi mendapatkan dunia. Ternyata salah! Keridhaan Mu, duhai pemilik Keridhaan, bisa aku dapatkan hanya bila aku berjalan pada jalan yang benar, mencari rezeki lewat cara yang halal, yang benar, dan kemudian menafkahkannya lagi. Maka, catatlah aku sebagai orang-orang yang menempuh jalan untuk mendapatkan keridhaan Mu.

Berhentilah
Selagi Sempat
Sekali kejahatan terbuat, biasanya diri tergoda untuk mengulanginya. Suatu keburukan yang terjejak, akan menghasilkan keburukan yang lain. Memelihara diri memang tidak gampang. Tapi kesederhanaan, tampil apa adanya, serta hidup dengan penuh mata dan hati yang bersyukur, akan mampu membuat diri mudah memelihara diri.
Biasakan diri dan anak keturunan dengan hal-hal yang baik.
Penanaman karakter dasar yang baik akan banyak berperan bagi pertumbuhan sikap dan mental anak pada masa depan. Beruntunglah, bila ada di antaradiri yang langkah kejahatannya dihentikan Allah. Entah itu ketahuan pada aksi pertama atau gagal dalam melancarkan aksi. Berarti, diri disayang.
Ya Rabb, Engkau lihat, upayaku untuk tidak mengulangi kebodohan yang sama lebih sering kandas. Kejahatan yang pernah aku lakukan selalu terulang. Keburukan yang ernah aku buat, juga selalu terbuat lagi.
Betapa bodohnya diriku ini sehingga aku tidak pernah menemukan diriku berada dalam kedamaian, dalam ketenangan … Kerap kali aku menemukan diriku terkapar dalam kegelisahan dengan sebab yang berulang.

Menerima Hidup
Apa Adanya
Menerima kehidupan apa adanya adalah jauh lebih baik. Banyak cerita orang yang sukses setelah ia sempat dulu terhina. Banyak cerita orang yang berhasil setelah ia sempat dulu terpuruk. Keterpurukan dan kemunduran, justru seringkali didapat oleh mereka yang mengabaikan pertimbangan akal dan hati. Mensyukuri yang ada dalam genggaman diri saat ini, sudah membuat diri kaya.
Ya Rabb, beginilah jadinya bila aku menjadi manusia-manusia yang banyak mengeluh dan tidak menerima kehidupan apa adanya. Kehidupan yang semula mestinya berjalan normal, jadi berantakan. Bahkan, ketika kekurangan demi kekurangan aku paksa atasi dengan mengambil jalan pintas, membohongi orang, merugikan orang, menganiaya orang, akhirnya kenyataan pahit harus aku terima bahwa aku akhirnya harus kehilangan apa yang sebelumnya aku miliki, meskipun kurang.
Ya Rabb, demi apa yang telah aku jalani, demi apa yang telah aku rasakan, peliharalah diriku agar puas dengan Pemberian dan kehendak Mu. Engkaulah yang memberikan hidayah, petunjuk, agar aku bisa mengubah hidup dan kehidupan. Bukan dengan cara sempit, bukan dengan cara instan.


Permasalahan Hidup Itu Biasa
Permasalahn hidup itu biasa. Yang tidak biasa adalah bila permasalahan tersebut tidak kunjung selesai. Satu musuh, jauh lebih banyak dibandingkan dengan seribu kawan. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Nya, maka baginya kehidupan yang sempit.
Belajarlah dari mereka yang susah sebab perbuatannnya sendiri. Siapa tahu diri akan selamat dari kebodohan diri sendiri. Sebagaimana perlakuan diri kepada orang lain, begitu pulalah diri akan diperlakukan.
Buatlah kebahagiaan di hati banyak orang, niscaya hati diri pun akan dipenuhi oleh kebahagiaan. Terbarlah kebaikan sebanyak-banyaknya, pasti kehidupan diri akan dihiasi dengan kebaikan-kebaikan.
Demi Zat Mu yang memiliki Pembalasan dan Karunia, tetapkanlah aku dan segenap orang yang aku kasihi dalam kebaikan. Tetapkanlah kemudahan bagiku dalam melangkahkan diri menempuh jalan kebaikan dan persulit diriku jika ingin berbuat buruk.
Wahai, Pemilik Segala Ampunan dan Rahmat, hanya ampunan dan rahmat Mu yang akan mengembalikan kesenangan dan kebahagiaan hidup dalam kehidupanku kembali.
Hidup itu untuk dinikmati, bukan untuk bermasalah! Banyak gaya, banyak masalah. Dan, hidup ini nikmat kalau dijalani apa adanya dan berproses. Adalah wajar bila aku punya target, misalnya aku harus punya rumah. Tapi, diri iringi target itu dengan merancang hidup dan kehidupan dengan baik.
Bagi mereka yang banyak keinginannya, siap-siaplah untuk banyak kecewa. Bagi mereka yang tidak sederhana keinginannya, bersiap-siaplah juga memiliki ketidaksederhanaan permasalahan. Kehati-hatian adalah satu senjata pengendali keinginan. Insya Allah.

Belajar Bersyukur
Untuk mencapai kebahagiaan, lebih baik membatasi keinginan daripada memanjakannya. Janganlah diri mengikuti hawa nafsu, niscaya ia akan menyesatkan diri dari jalan Allah. Kebahagiaan dan ketenangan bisa diraih bukan dengan simbol-simbol keduniawian, rumah, kendaraan, kedudukan, jabatan, uang, dan harta pada umumnya. Melainkan, ia diraih lewat kefitrian batin, kesucian jiwa, dalam memegang kendali amanah yang diberikan Allah.
Demi kebahagiaan dan ketenangan sejati, hembuskan sikap qana’ah, sikap menerima di hatiku agar bisa menerima kehidupan ini apa adanya. Dan demi apa yang dinamakan kenikmatan menurut sisi Nya, ajarkan aku untuk memiliki sikap sabar dalam proses pencarian rezeki dan keringanan untuk berbagi.
Kebutuhan dan keinginan pada diriku seringkali tidak terkendali. Tetapi bila Engkau berkehendak dan juga sebab rahmat Mu, aku yakin aku bisa mengendalikan diri.
Jangan butakan mata diri. Hanya karena satu-dua keinginan yang tidak tercapai. Lalu diri menjadi manusia pengeluh yang terhambat sebab hanya terfokus pada kekurangan. Jika diri bersyukur, niscaya akan Allah tambah nikmat Nya pada diri. Tapi jika diri lupa akan nikmat Nya, ingatlah azab Nya yang pedih.
Kehidupan itu indah, kalau dijalani dengan rasa syukur. Apa yang ada di sekeliling diri, diri nikmati dulu sebagai pemberian Allah Yang Mahabaik.

Malu Pada Diri Sendiri
Rabb … seharusnya aku malu sebab aku meminta dan selalu meminta, tanpa pernah mau memberi. Seharusnya aku malu, aku memohon dan selalu memohon, tanpa pernah mau beribadah dengan baik. Dan harusnya aku malu, Engkau memberi segala karunia Mu, memberi kenikmatan dunia, tapi aku menikmatinya dalam kesendirian dan bahkan selalu merasa kurang.
Rabb … ajarkan aku cara mensyukuri semua nikmat Mu kepadaku dan bukalah mataku untuk bisa melihat kelebihan yang Engkau karuniakan, bukan berfokus pada kekurangan. Siapa tahu dengan menemukan kelebihan, aku bisa memulai berbuat banyak tanpa harus banyak mengeluh lagi.
Banyak manusia yang sabar ketika tidak ada. Tapi ketika ada, ia malah tidak punya kesabaran.
Ya Rabb … bila aku tak sudi memberi dan selalu merasa kurang. Diberi sedikit, sudah gampang lupa diri. Inilah sebagian sifat jelek manusia, kapankah aku merasa senang dan berkecukupan? Jangan-jangan ini juga malah siksaan batin bagiku.
Ya Allah, aku terima jika Engkau menghukumku karena lupa diri. Tapi, segerakan maaf Mu setelah itu supaya aku bisa bangkit kembali dan belajar dari kesalahan-kesalahan. Agar juga aku malu pada diri sendiri …



Pesan Kematian: Sebuah Pembelajaran
Perhatikan proses kematian, riwayat kematian orang-orang terdekat di sekeliling diri, siapa tahu Allah berkenan memberikan pengajaran kehidupan melalui pesan kematian yang disampaikannya. Banyak kejadian di sekitar diri yang bisa dijadikan media pembelajaran. Di antaranya melalui kematian orang lain.
Lihatlah. Tidak sedikit yang menemui kematiannya dalam keadaan yang jelek. Tentu saja, tidak sedikit orang di sekitar diri yang kematiannya baik, khusnul khatimah. Bila kematian bisa dijadikan guru kehidupan, lalu, sebagai manusia pembelajar, model kematian yang bagaimana yang mau aku contoh?
Wahai Pemilik Kematian, hidupkan dan wafatkanlah aku dan anak keturunanku dalam keadaan yang baik.

Belajar Hidup Hormat dan Mulia
dari Orang Kecil
Ya Allah, Yang Maha Memiliki Kehormatan dan kemulian. Aku akui, aku sering khilaf, mencari kehormatan lewat harta, bukan lewat proses mencari harta dan pemanfaatannya. Aku akui, aku sering lupa mencari kemuliaan lewat status sosial. Padahal, ukuran Engkau bukan materi.
Ya Rabb, mestinya aku memiliki rasa malu kepada mereka yang begitu perih mencari sesuap dua suap nasi sehingga harus bermandikan keringat dan atau keliling seharian menyusuri jalanan. Sementara aku berkeras mencari kekayaan, kemewahan sehingga kadang rela melanggar nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan.
Ya Rabb, terima kasih atas pertunjukkan potret-potret kehidupan orang-orang kecil. Tampaknya, aku harus belajar cara hidup hormat dan mulia, lewat sikap jujur. Jujur di hadapan Mu dan jujur di hadapan manusia. Takdirkan kebahagiaan dan kesenangan bagiku, yang akan aku cari melalui jalan Mu.

Aku Ingin
Menjadi Mukmin yang Baik
Menjadi Mukmin yang kuat, baik dari arti sesungguhnya maupun kiasan, kuat mental, kuat harta, kuat pendirian dan lain-lain) adalah jauh lebih baik daripadsa menjadi Mukmin yang lemah. Perilaku buruk bagaikan bayang-bayang yang mengikuti ke mana aku melangkah.
Adakah yang bisa lepas dari akibat perbuatan buruk? Ada. Yaitu orang-orang yang berbuat salah, lalu mengakui perbuatan salahnya, memohon ampunan kepada Allah, dan memperbaikinya.
Pelaku keburukan akan ketemu juga dengan keburukannya. Tidak sekarang, esok. Tidak esok, lusa. Tidak di dunia ini, kelak di akhirat. Pokoknya pasti ketemu! Ya Allah, kapankah aku bisa selamat dari perbuatan buruk yang aku lakukan di masa-masa silam?
Ya Allah, demi melihat langkah-langkah keburukan yang baru, pantas pula aku menangis. Sebab, keburukan masa silam belum lagi bersih sebersih-bersihnya, sudah bertambah lagi langkah buruk yang baru.
Sekarang, benar-benar aku bertanya pada diri sendiri, akankah engkau selamat wahai diriku? Pertolongan siapa lagi yang engkau harapkan, bila engkau abaikan lagi dan lagi pertolongan Yang Maha Menolong? Tidak ada keselamatan bagi siapa saja yang menempuh jalan keburukan. Tidak ada. Wahai diriku … maukah engkau mendengar tulian yang aku tulis sendiri ini? Maukah engkau membaca kisah-kisah yang aku kisahkan ini?

Belajar Dari Sejarah
Wahai diriku, tidakkah engkau belajar dari kenyataan sejarah, berupa pengalaman para pelaku kesalahan. Mereka tidak ada yang senang, tidak ada yang berujung bahagia kehidupannya lantaran kesalahannya.
Wahai diriku, tidakkah engkau juga tidak mau mengerti bahwa tidak usahlah bersusah payah mencuri barang orang, menipu orang untuk memperkaya diri. Sebab percuma. Semuanya akan berakhir sia-sia.
Wahai diriku, Allah punya berjuta cara untuk mencabut rahmat Nya. Allah punya berjuta cara misterius kalau Dia sudah berkehendak mengambil kembali harta haram yang digenggam. Wahai diriku, carilah hanya apa yang halal dari Nya. Mintalah kesenangan hidup, kebahagiaan hidup, hanya dari sisi Nya. Cukupkanlah diri dengan pemberian Nya. Dan bersyukurlah bila ingin ditambah segala nikmat.
Wahai diriku … belajarlah dari kehidupanmu sendiri yang bertutur tentang susahnya berbuat dosa dan maksiat …



Semata Ujian Belaka
Tidak akan tertulis di dalam takdir orang baik bakal terkena kesusahan, kecuali ia menjadi sebuah ujian belaka. Tidak ada dalam catatan takdir, orang yang tidak punya salah, susah. Kecuali ia berbentuk ujian. Gelisah, kebanyakan adalah sebab salah. Sejatinya, musibah adalah untuk meningkatkan derajat iman dan kualitas hidup orang yang diuji.
Engkau sebut Ya Rabb dalam Quran Mu yang mulia bahwa siapa saja yang berprinsip Tuhannya Allah dan beristiqamah, niscaya akan turun malaikat menaungi kehidupannya. Sehingga tidak ada rasa takut, tidak ada rasa gelisah. Semua kebutuhannnya dipenuhi. Semua keinginannya disediakan.
Maka, Ya Allah, bila kemudian aku masih gelisah, masih resah, kauh dari ketenangan, dan kebahagiaan adalah sebab aku belum sepenuhnya menjadikan Engkau sepenuhnya sebagai Rabb-ku. Ajarkanlah aku agar bisa mengenali Mu sebaik-baiknya dan mengistiqamahkan hati. Supaya ketenangan menghias hati dan kehidupan yang aku jalani.
Diri harus segera kembali. Kembali kepada fitrah diri. Kesucian. Diri semua berkehendak kembali kepada Allah dalam keadaan yang kembali suci.
Jangan pernah putus asa. Langit masih luas, matahari masih bersinar, rembulan dan bintang masih menghias langit. Kegagalan demi kegagalan adalah proses tahapan kesuksesan itu sendiri. Kepercayaan diri dan cara pandang diri, sudah merupakan kunci sukses tersendiri.
Hilangnya kehormatan, utamanya, disebabkan oleh hilangnya rasa malu. Dan biasanya, rasa malu itu akan hilang jika nafsu dikendalikan oleh hati yang busuk dan pikiran yang kotor …

Di Pintu Mu Aku Mengetuk,
Aku Tak Bisa Berpaling …
Aku memohon ampun kepada Engkau, kepada Yang Maha Mengampuni. Rabb … aku rasakan sendiri, tidak ada enaknya membuat masalah. Rabb … aku rasakan sendiri, tidak ada enaknya melakukan keburukan. Betul-betul menyengsarakan diri dan keluarga. Dan betul-betul membuat diri ini hidup tanpa nyawa. Setiap menit yang dirasakan hanya kegelisahan, hanya kekhawatiran. Pikiran dan badan menjadi rusak. Aku memohon ampun kepada Engkau, kepada Yang Maha Mengampuni.
Rabb … aku menulis catatan dari hari ke hari ini agar banyak sahabat yang kemudian bisa aku ketuk untuk menjaga kehidupannya agar tetap indah, baik belajar dari pengalaman kehidupanku sendiri yang aku paparkan … atau dari percikan pengalaman kehidupan orang yang aku kisahkan.
Rabb … aku menulis catatan harian ini agar banyak kawan yang kemudian bisa aku ketuk untuk tetap bisa menjaga karunia Nya. Jangan seperti diri pribadiku. Sekali seseorang membuat masalah, kadang ia tenggelam dalam lautan akibatnya. Semakin dalam dan semakin dalam akan tenggelam. Terutama, kalau ia tidak dapat pertolongan dari Allah, Yang Maha Menolong.
Dan demikianlah yang terjadi pada diriku. Rabb … aku tenggelam di lautan permasalahan, sedangkan permasalahan tersebut aku sendiri yang mengundangnya. Aku memakai pakaian kesulitan yang kesulitan tersebut aku buat sendiri.
Aku percaya Rabb … kalaulah Engkau tidak datang menyelamatkanku, niscaya aku sudah akan menjadi satu dengan tanah tanpa sempat lagi aku memohon ampun kepada Mu. Aku memohon ampun kepada Engkau, kepada Yang Maha Mengampuni.
Rabb … mandi dengan air keruh nan kotor. Itulah perumpamaan diri dalam menggapai kekayaan. Akhirnya bukan bertambah bersih, melainkan bertambah kotor dan bahkan datang pula penyakit. Maunya aku bisa jadi orang kaya secara cepat, punya uang secara mendadak dan maunya sukses tanpa berlama-lama berjuang menapak. Tapi, yang terjadi kemudian malah aku terperosok dalam kehinaan dan lilitan permasalahan.
Rabb … bilakah Engkau ampuni langkah salahku dalam mengejar harta? Bilakah Engkau ampuni langkah sesatku berburu dunia?
Engkau adalah Penggenggam Pintu Maaf dan Ampunan. Maaf dan ampunan Mu lebih besar dan lebih luas ketimbang dosa dan maksit yang aku lakukan. Engkau pernah bilang, “Hai manusia, kamu sekalian adalah orang-orang yang pandai berbuat dosa. Tapi, bila kalian datang dengan membawa dosa kalian, berapa pun besarnya, lalu kalian datang dengan mengharap ampunan Ku, maka pasti Aku akan ampuni”.
Aku percaya, Ya Allah, Engkau akan selalu mengampuni. Yang menjadi masalah adalah, bisakah aku memperbaiki diri? Ampunan Mu memang senantiasa tersedia bagi siapa yang meminta, tapi bila aku tak kunjung memperbaiki diri, sama saja aku menyerahkan kehidupan untuk sekadar permasalahan.
Rabb … aku juga percaya bahwa Engkau akan mengabulkan siapa yang memohon kepada Mu … Maka jadikan permohonanku menjadi tiada terhalang, meskipun dengan dosa dan maksiat yang aku lakukan. Karena sesungguhnya, tiada yang dapat menghalangi Engkau bila Engkau sudah berkehendak.
Seiring dengan permohonan maafku kepada Engkau, Ya Allah, aku mengakui bahwa banyak sekali hal yang aku lakukan yang merusak masa depanku sendiri. Aku banyak mempertaruhkan kehidupan yang saat ini aku nikmati hanya karena ingin sesuatu yang lebih.
Demi sifat Mu Yang Maha Memberi Maaf, bukakanlah pintu maaf Mu terhadap semua jenis kesalahanku. Tatahabbab ilaina bin ni’am, Engkau tunjukkan kecintaan Mu, kasih sayang Mu kepada kami dengan segala nikmat Mu … Wa nu’aridluka bidz dzunub, tapi kami menimpalinya dengan mempertontonkan keburukan dan memperlihatkan kemaksiatan. Khairuka ilaina nazilun, kebaikan dari Mu selalu turun kepada kami … Wa syarruna ilaika sha’idun, tapi yang naik kepada Mu hanyalah keburukan demi keburukan.
Salah satu tanda orang Mukmin adalah memelihara rasa malu dan rasa takut akan kebesaran Allah, Tuhannya.
Menjadi manusia adalah saat-saat aku bisa mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan yang berstandarkan aturan-aturan Engkau. Manakala aku langgar, tentu aku terlempar dari status mulia dan terhormat.
Ya Rabb, bila Engkau seringkali menemukan aku justru menjatuhkan ketinggian martabat yang Engkau sandangkan di pundakku, sebagai manusia, maka maaf Mu begitu aku nantikan. Ya Rabb, bila Engkau seringkali menemukan kehidupan aku terpuruk, lantaran tak pandai menjaga segala amanah, maka kemurahan ampunan Mu begitu aku dambakan.
Engkau Tuhan Yang Mahasempurna, sedangkan aku adalah manusia yang lebih banyak salahnya ketimbang benarnya dan lebih banyak menyimpang ketimbang lurusnya.
Rabb … dan aku pun percaya bahwa Engkau akan menolong … maka Engkau jadikan diri ini pantas Engkau tolong. Aku memohon ampun kepada Engkau, kepada Yang Maha Mengampuni. Di pintu Mu aku mengetuk, aku tak bisa berpaling …

Saat Aku Merasa Hampa,
Terima Kasihku Pada Mereka …
Saat aku merasa hampa. Jenuh dan letih. Dengan berbagai kekalahan demi kekalahan yang menghempas diriku. Aku ingin menghaturkan terima kasih. Kepada orang-orang yang berjasa dalam melahirkan tulisan ini. Aku juga menghaturkan sembah bakti dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada ibuku yang dengan kebijakan dan ketabahannya. Juga ayahku, yang dengan kasih sayang dan kepeduliannya. Adikku yang dengan diam-diam menyayangi, mendoakan dan membanggakanku. Dan khushushon istriku yang dengan keindahan dan ketulusan cintanya telah mengukir makna dalam lembaran-lembaran kehidupanku.
Mereka selalu memberi motivasi dan semangat kepadaku untuk menapaki satu persatu anak tangga kehidupan. Hingga sampai ke puncaknya. Sejenak saja putus asa menyelubungi benakku, mereka mampu memalingkan pandanganku ke langit biru untuk meraih semesta harapan baru. Hingga hari ini, sampai detik ini, dari segala kebanggaan yang berada di bawah matahari. Tak ada yang membuatku lebih bangga daripada mempunyai seorang ibu, ayah, istri dan adik seperti mereka.
Demikian pula kepada keponakanku yang ketika terkenang mereka dalam kesendirianku, diam-diam aku tersenyum dalam kerinduan dan membuatku terhibur.
Untuk ayahky, percayalah. Penyakit itu akan menghapuskan dosa, kesalahan dan kealpaan-kealpaan diri, menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani diri, mengajarkan diri tentang makna keadilan Nya, mendidik diri tentang kearifan hidup, menyingkap tirai kebijaksanaan Ilahi, mengantarkan diri memahami arti kehidupan yang hakiki, serta membawa diri semakin dengan dengan pintu langit.
Semoga …

Umur: Investasi Kehidupan
Sesungguhnya kehidupan manusia baru menjadi murni dengan hadirnya musibah dan ujian. Serta baru menjadi suci dengan adanya penyakit dan cobaan. Semua itu menjadikan kehidupan mencapai kesempurnaan dan kekuatan, menjadi meningkat dan produktif, serta mampu meraih tujuan dan misinya. Sehingga dengan demikian, wajah kehidupan telah menunaikan tugas kehidupannya.
Sebaliknya, kehidupan yang hanya berteman kesenangan dan kemewahan, hanya bergembira di atas ranjang kenikmatan yang jauh dari berbagai rintangan dan tantangan, kehidupan yang demikian meruakan potret kehidupan yang lebih dekat kepada ketiadaan dan menjadi keburukan murni, ketimbang kepada eksistensi atau keberadaan dan menjadi kebajikan murni.
… Menariknya, jika dalam kesenangan dan kegembiraan aku terlalaikan dengan perjalanan sang waktu, maka dalam kesedihan dan kenestapaan aku secara utuh menyadari bergulirnya waktu itu. Aliran waktu dari tahun ke tahun, dari bulan ke bulan, dari hari ke hari, dari jam ke jam, bahkan dari detik ke detik. Semuanya teramati olehku dengan jernih …
Dalam konteks inilah, derita penyakit yang aku rasakan tidak boleh hanya berhenti pada kesadaran jernih semata dalam melihat berjalannya roda waktu secara perlahan-lahan. Melainkan harus bermuara pada pertanyaan introspektif-kontemplatif: Apakah aku telah mengukir waktu-waktuku sebelum ini dengan aneka kebajikan dan pengabdian atau justru dengan keburukan dan kedurhakaan? Apakah bentangan usia yang telah kulalui selama ini sudah aku renda dengan puspa ragam kearifan dan ketaan atau malah aku rajut dengan berbagai kelalaian dan kekhilafan?
Derita penyakit yang aku rasakan harus menghadirkan kegelisahan eksistensial semacam itu. Mengapa demikian? Karena kusadari umur diri merupakan modal yang setiap saat selalu berkurang dan akan sia-sia bahkan membawa celaka apabila tidak diinvestasikan dalam pengabdian kepada Zat Yang Maha Memiliki Waktu. Waktu setahun atau sebulan, kegiatan sehari atau hanya beberapa jam, bahkan satu detik napas yang baru saja aku embuskan tidak akan pernah kembali lagi kepadaku. Aku tidak bisa menarik kembali momen itu untuk haris sekarang …

Berapa Banyak Modal (Umur)
yang Aku Keluarkan Selama Ini?
Sudah berapa banyakkah modal (baca: umur) yang aku keluarkan dalam arena kehidupan selama ini? Sepuluh tahun, dua puluh, tiga puluh, atau sudah lima puluh tahun lebih aku mengarungi lautan waktuku? Persoalannya, apakah modal-modal yang aku keluarkan selama ini akan membawa keberuntungan (pahala) atau justru membuahkan kerugian (siksa)? Bukankah semakin banyak modal yang aku tanam, sejauh itu pula buah kebahagiaan atau kesengsaraan yang pasti akan aku tuai suatu saat kelak?
Dalam terang perspektif inilah, nestapa yang hadir melalui penyakit itu mengajakku untuk menghargai kehadiran sang waktu. Waktu yang dulu tidak bernilai sedikit pun, kini menjadi begitu bermakna bagiku. Bagaimana tidak sangat bermakna apabila dengan sejenak putaran waktu itu bisa mengantarkanku meraih puncak kebahagiaan atau kesengsaraan abadi, menggenggam kemenangan hakikat hidup atau kekalahan mutlak, membawaku sampai ke singgasana Tuhan atau membuatku terperangkap dalam cengkeraman setan, menyebabkanku memasuki istana surga atau malah menjerumuskanku ke dalam lembah neraka kelak?
Karenanya, seandainya aku tidak mampu mensyukuri penyakit yang aku derita, bersabarlah bersamanya. Aku percaya, penyakit itu akan mengajarkan kepada diri agar menghargai sang waktu dan mengukirnya dengan berbagai lukisan kebajikan, ketaatan, kearifan dan pengabdian yang akan membuat Allah Swt dan para melaikat Nya tersenyum bangga sehingga membuahkan kebahagiaan abadi.
Insya Allah …
Wahai Tuhanku, Engkau Maha Perkasa dan Mahaagung. Sementara aku lemah tak berdaya. Engkau Mahabesar dan Mahakuasa sedangkan aku hanyalah insan hina dina yang melata di depan singgasana keagungan Mu. Wahai Yang Mahakaya, siapakah yang diharapkan hamba yang fakir ini selain Engkau? Wahai Yang Mahakuat, siapakah yang diharapkan hamba yang dhaif ini selain Engkau? Wahai Yang Maha Kuasa, siapakah yang didambakan hamba yang lemah ini selain Engkau? Wahai Yang Mahaagung, siapakah yang didambakan hamba yang hina ini selain Engkau? Amin ya Allah …

Merayu Allah dengan Sedekah
Kehidupan adalah fasilitas yang tak terhingga bagi sang hamba untuk mengabdikan diri kepada Sang Pencipta. Baik kaya maupun miskin mempunyai kesempatan yang sama untuk beribadah. Demikian juga dengan sedekah. Perbuatan ini tidak hanya bisa dilakukan oleh orang yang kaya atau berkecukupan. Tetapi bagi yang miskin pun tidak ada halangan untuk bersedekah.
Sedekah tidak hanya dengan mengeluarkan harta benda. Tetapi juga dengan amal, pikiran, perbuatan, ibadah, bahkan senyum seseorang kepada saudaranya merupakan ibadah. Anak yatim dan fakir miskin adalah pejabat-pejabat Allah. Dekat dengan mereka akan menjadi jalan untuk dekat dengan Allah.
Saya membayangkan bila dalam posisi mereka (gelandangan), ketika bangun tidur tiba-tiba ditemukan baju baru atau uang di sampingnya, tentu hal itu sangat membahagiakan.

Menemukan Klik
Meraih Kesuksesan
Kegagalan demi kegagalan telah membuat diri bertambah matang dalam memahami hidup. Ia terus menjalani hidup dengan penuh harapan untuk terus bangkit menggapai cita-cita. Sehingga, ketika karyanya tidak laku di pasaran, dia tidak menghentikan dirinya untuk berkreasi.
Meraih cita-cita tidaklah mudah. Ada pengorbanan dan ada perjuangan. Tapi, lebih tidak mudah lagi untuk menemukan klik, kecendrungan seseorang dan tetap konsisten pada cita-citanya.
Semua yang Allah berikan, apa pun bentuknya, sebagai kendaraan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Anak, istri, orangtua, keluarga, karya, relasi, kesuksesan dan kegagalan adalah kendaraan yang diberikan Allah kepada manusia. Tinggal bagaimana memanfaatkan kendaraan itu.

Tobat, Menggapai
Ampunan Allah
Manusia diberi keleluasaan untuk kembali kepada Allah. Tinggal bagaimana memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin, sebelum semua menjadi terlambat. Tuhan justru melarang umat Nya berputus asa terhadap rahmat Nya. Bertobat adalah salah satu rahmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia di dunia.
Orang tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Tuhan menutup kesempatan manusia untuk bertobat. Padahal, setiap orang bisa saja tergelincir dalam lembah dosa setiap saat. Mungkin tak akan ada surga yang dijanjikan, jika Tuhan sama sekali tidak memberi rahmat berupa kesempatan bertobat.
Telah berlumuran dosa dan kesalahan, tak ada pilihan lain, kecuali bersegera bertobat. Membuang jauh-jauh segala macam kemaksiatan. Melupakan semua dosa, jangan pernah terbersit untuk melakukannya lagi. Serta, menyongsong masa depan dengan jiwa yang bersih. Sebelum rambut memutih, sebelum sakit bersarang di tubuh, sebelum kesibukan menumpuk dan sebelum nafas terhenti, tak ada ruginya bertobat dan mendekatkan diri kepada Allah.

Memegang Erat Tali Allah
Setiap kali membuka mata dan membuka jendela, saat itu pula melalaikan tugas seorang hamba. Begitu sering melalaikan kewajiban kepada Tuhan, karena terlalu banyak mengejar kesenangan sesaat. Suara jerit hati yang berusaha menyadarkan, tetapi diingkari begitu saja oleh kesadaran tentang kebendaan, kemewahan, dan kesenangan maya. Seolah hidup hanya untuk sekarang saja, dan lupa akan kehidupan abadi di akhirat kelak.
La ilaha illa anta, ya subhanaka, inni kuntu min adhdhalimin. Tidak ada Tuhan selain Engkau, mahasuci Engkau Tuhanku. Sesungguhnya aku termasuk orang yang zalim.
Tak perlu menyombongkan diri dengan keangkuhan, akui saja bahwa diri telah lalai kepada Nya. Diri telah melupakan kewajiban dan menjalankan larangan Nya. Jujurlah kepada hati urani bahwa selama ini diri telah begitu menjauh dari Tuhan. Waktu telah begitu banyak terbuang dengan begitu saja, tanpa menyempatkan diri untuk bersujud dan menangis mengakui kesalahan.
Diri buang nyanyian-nyanyian zaman yang menistakan hati dan menggelapkan mata. Memegang erat-erat tali Allah dan memperbanyak istigfar.

Keangkuhan Jiwa
Tak Berharga di Depan Nya
Keangkuhan jiwa tak berharga di depan Tuhan. Kesombongan hanyalah ajakan iblis dan nikmat semu belaka. Kesenangan dunia hanyalah maya. Apa yang dikejar dalam hidup tak selamanya dapat diraih. Mungkinkah seorang hamba dapat hidup bahagia tanpa ampunan Tuhannya?
Begitu sayangnya Tuhan kepada hamba Nya. Dia tak pandang bulu, meskipun orang telah berdosa besar dan tak pernah bertobat sekalipun. Tetapi Allah mengampuni begitu saja. Bahkan, Tuhan juga menjaga aib orang tersebut. Meskipun diri mengetahui betapa dahsyatnya ancaman Tuhan sebelumnya. Hanya dengan kesungguhan tobat sesaat, semua bisa berubah dalam sekejap mata.



Mengingkari Hati Nurani
Kadang karena gengsi, malu, angkuh, dan harga diri, diri terpaksa mengingkari hati nurani sendiri. Padahal, hati diri mengatakan bahwa apa yang diperbuat adalah salah, tetapi karena malu dan gengsi kepada orang tertentu, diri menjadi enggan mengakui kesalahan. Atau karena angkuh dan harga diri, diri enggan menunjukkan kesalahan sendiri.
Kawan di sekitar pun lebih sering mendukung bertambahnya ego. Sehingga terus menerus menimbun kesalahan. Hal itu karena persahabatan yang dijalin hanya persahabatan semu dan bersifat materialistis. Bukan persahabatan ruhani. Sehingga menutup mata hati untuk mengakui kesalahan.
Persahabatan jenis seperti ini hanya akan menjerumuskan. Karena persahabatan semu hanya mengedepankan gengsi dan harga diri, tanpa mengindahkan nasihat dan teguran ke arah kebaikan. Biasanya, justru kemaksiatan dianggap sebagai kebanggaan. Namun kebaikan dianggap sebagai sesuatu yang memalukan dan menjijikan. Itulah mengapa Tuhan selalu membuka pintu tobat manusia. Karena kesalahan dan dosa yang terjadi dari hal-hal seperti itu banyak yang terjadi.

Rahmat Allah
Tak Tertandingi
Tanpa rahmat dan cinta Allah yang tak tertandingi, maka tidak akan ada ampunan Allah bagi manusia yang berdosa. Hanya Allah-lah yang dapat mengobati beban berat hidup yang mengendap dalam setiap langkah, membersihkan kembali semua kotoran yang melekat. Rahmat Nya merangkai selimut kehangatan jiwa, saat tubuh menggigil karena dinginnya nafsu dan tiupan angin keangkuhan.
Meskipun diri sering jatuh bangun dalam lumpur dosa setiap hari, tetapi Tuhan selalu mengampuni. Tuhan selalu menyapa hamba Nya yang bermaksiat, dengan berbagai syarat. Hanya dengan rahmat Allah Swt jiwa diri akan terang benderang, mampu menangkap semua sinyal-sinyal Ilahi. Ketika pertobatan manusia telah diterima oleh Allah Swt maka akan terbuka peluang baginya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat yang diidam-idamkan.
Pertobatan sangat penting diri lakukan, agar kelak ketika saatnya kematian tiba diri tidak menyesal. Tak ada seorang pun di dunia ini yang mengetahui kapan, di mana, bagaimana dan mengapa diri akan menghadapi kematian kelak, kecuali Allah Swt. Namun kematian mutlak, haqqul yaqin pasti akan datang. Kepada Nya diri akan kembali, karena semua yang ada di dunia adalah milik Nya.
Tak terkecuali jiwa dan raga diri. Maka, selama napas masih di kandung badan, jangan pernah diri melalaikan pertobatan. Suka dan duka yang mengiringi langkah dalam kehidupan diri menjadi nyanyian zaman dan bumbu kehidupan. Tuhanlah pemilik waktu, yang mengatur dan menentukan kapan napas diri terhenti. Bagaimana nasib diri akan bergulir, serta sejauh mana diri mampu melewatinya.
Pertanyaannya tinggal bagaimana diri mampu menggapai husnul khatimah atau tidak.

Senyuman Allah
Kepada Hamba Nya
Meskipun beban ekonomi yang berat menimpa, namun Allah tetap menitipkan senyum kepada manusia untuk menikmati karunia yang telah diri miliki, yang jumlahnya lebih besar dari sekadar kesulitan ekonomi. Diri boleh miskin, tetapi Allah memberi kesehatan pada tubuh diri dan memberi karunia lain yang jauh lebih hebat.
Walaupun Allah belum memberi rezeki berlimpah, Allah selalu memberi diri karunia yang lain, ketika satu dari karunia yang diri inginkan tidak dapat diri raih. Maka, hanya orang yang bodoh dan merugilah yang tidak menyadari betapa besar cinta Allah kepada hamba Nya. Hanya orang yang akan merugilah yang tidak memanfaatkan kesempatan untuk berserah diri, bertobat dan mendekatkan diri kepada Nya.
Tidaklah mudah seorang manusia melakukan pertobatan. Banyak faktor yang memengaruhi kejiwaan manusia. Setiap manusia mempunyai alur perjalanan spiritualnya masing-masing. Sebesar apa kesadaran diri, sebesar itu pula keuntungan diri.

Syukur: Mengagungkan
dan Menyucikan Tuhan
Sungguh amat banyak karunia yang telah diberikan Allah kepada diri. Namun, seringkali diri melupakannya. Padahal, dari hal yang terkecil pun diri akan tahu bahwa tanpa rahmat dan kasih Nya, diri tidak mungkin bisa hidup. Ucapan bismillah merupakan etos dan penyadaran manusia agar mau bersyukur, untuk mengakui betapa besar nikmat yang telah Allah berikan. Maka, bukanlah sesuatu yang berat dan memberatkan jika diri mengawali segala sesuatunya dengan bismillah. Karena, memang demikianlah seharusnya diri memahami gerak langkah diri.
Saat diri tertidur, seluruh organ tubuh pun bergerak di luar kendali diri, karena diri hanya sibuk menguap atau bermimpi, sama sekali diri tidak tahu organ tubuh tetap bekerja. Hal ini menyadarkan diri bahwa ada yang menggerakkan seluruh rangkaian organ dalam tubuh diri, siapa lagi yang memerintahkan semuanya kalau bukan Allah Swt.
Tanpa disadari, jantung bergerak setiap saat, diri pun tidak menggerakkannya dengan kesadaran diri. Darah juga setiap saat dicuci agar bersih dari sisa makanan atau kotoran melalui ginjal, tapi tahukah diri siapa yang mencucinya siapa yang memfungsikan ginjal? Allah-lah yang melakukan semuanya.
Agar hidup diri diberkahi oleh Allah, maka jalan satu-satunya adalah dengan bersyukur kepada Allah. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengenal diri sendiri, mengenal kewajiban, tugas dan tanggung jawab diri sebagai seorang mukmin dan muslim. Mengenal diri sendiri adalah cara untuk mengenal keagungan Allah, mengenal Zat yang telah menciptakan, membimbing, mengatur, dan melindungi seluruh makhluk. Jangan sampai saat kedatangan nikmat malah membuat diri panik dan tidak memenuhi kewajiban diri untuk bersyukur kepada Allah Swt.
Karena, hal itu justru akan merendahkan dan menghinakan kedudukan diri di mata Nya …

Semata Karena kemurahan Nya
Jangan pernah menganggap bahwa karunia Allah itu lambat datangnya. Karena justru diri yang terkadang lambat menerimanya. Kemurahan Allah mendahului semua permintaan diri, dan rahmat Nya meliputi semua situasi yang diri ketahui dan tidak diri ketahui. Sebab, diri tidak merasakan karunia yang tak terbatas itu adalah karena salah diri sendiri. Diri justru harus mampu menerima karunia Allah Swt, yakni dengan mengingat dan menyembah Allah.
Hanya dengan mengingat Allah dan menyembah Nya terus menerus, diri akan merasakan ketakterbatasan nikmat Ilahi.
Allah telah menggariskan segala sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi bagi seluruh makhluk Nya. Tidak ada yang terkecuali, semua merupakan rangkaian dan susunan ciptaan Tuhan yang telah sempurna dengan gerakan, potensi, warna, wajah, bingkai dan kemampuan yang berbeda-beda, tetapi merupakan satu kesatuan yang bertasbih kepada Allah Swt. Allah telah menciptakan manusia berbangsa-bangsa, bersuku-suku, agar diri saling mengenal sesama, menjadikan seluruh manusia bersaudara.
Tidak ada perbedaan antara manusia, semua sama, yang membedakan hanyalah ketaqwaan diri kepada Allah Swt. Tuhan menjadikan perbedaan menjadi rahmat dan menjadikan indahnya persamaan dan persaudaraan. Tak akan ada perbedaan antara sesama, jika masing-masing menyadari akan kesamaannya sebagai hamba Allah yang bersyukur dan bertasbih kepada Nya.