Minggu, 04 Oktober 2009

JEJAK SEJARAH KERAJAAN LANDAK (II)

KERAJAAN ISLAM LANDAK
Oleh: Syafaruddin Usman MHD

Raden Abdulkahar yang semulanya bernama Raden Iswaramahayana atau Raden Ismahayana dehgan gelarnya Raja Adipati Karang Tanjung (Tua) kemudian menikah dengan putri dari Patih Wira Denta yang bernama Putri Limbai Sari yang belakangan kemudian bergeiar Ratu Permaisuri Sari Ayu. Dari perkawinan inilah kemudian menurunkan turun temurun yang secara silih berganti memerintah di Kerajaan Landak.

Gezaghebber Later dalam Standard Memorie Van Onderafdeeling Landak tahun 1919 antara lain menulis : "Het rijk Angrat Batoer ging aldus de traditie teniet onder den zevender Raja Poeloeng Pale wiens zoon, Abdoelkahar, geboren uit de dajaksche vrow Dara Hitam, dochter van hot dajaksche vrouw Dara Hitam, dochter van het dajaksche hoofd van Sepangok, een zeer voornaam stamhofd, her rijk Landak stische en daarvoor als hoofdplaats koos de reeds bestaande vestiging Ajou, gelegenaan de samen vioeiing der Landak en Menjoeke rivieren, weike plaats nu den naam Moenggoe kreeg. Deze Abdoelkahar was de stamver van het huidige vorstengeslacht..."

Ibukota kerajaan Landak di Ayu atau Munggu didirikan oleh Raden Abdulkahar (Raja Adipati Karang Tanjung (Tua) dalam tahun 1470. Semula ibukota Kerajaan Landak berpusat di Ningrat Batur, Sepatah tahun 1290 (belakangan dikenal sebagai Tembawang Ambator). Kerajaan Landak meliputi Sungai Landak berikut cabang-cabangnya dengan luas daerah 8.300 Km2. Sungai Landak sebagai anak sungai Kapuas memiliki panjang 395 Km berhulu di Gunung Niut dan bersumber dari Danau Raut. Di kaki gunung terdapat air terjun Melanggar dengan ketinggian 20 meter dan lebar 30 meter.

Secara geografis sesuai dengan namanya, Kerajaan Landak meliputi suatu wilayah yang luas, terhampar sepanjang aiiran Sungai Landak dan cabang-cabangnya yang bermula dari muara sampai ke hulu. Bumi Kerajaan Landak mengandung benda-benda tambang di antaranya intan dan emas. Sepanjang daerah aliran Sungai Landak, atau seluas wilayah kekuasaan kerajaan ini, merupakan sebuah areal intan dan emas di Nusa Tanjungpura atau Pulau Kalimantan.

Dari kondisi alam yang demikianlah, sehingga Nusa Tanjungpura, di mana Kerajaan Landak menjadi titik sentral terpenting urat nadi kehidupan perekonomian dagang dan sebagai bandar pefabuhan perniagaan yang terpenting di pulau ini, tercipta sebutan sebagai Nusa Kalimantan atau Pulau Kalimantan.

Nama Kalimantan sebagai nama kemudian untuk Nusa Tanjungpura berasal dari kekayaan alam berupa hasil tambang intan dan emas dari daerah aliran Sungai Landak. Dengan sendirinya, nama Kalimantan mengandung suatu pengertian intan dan emas. Komoditi dari Kerajaan Landak ini pula yang mengantarkan Nusa Tanjungpura dikenal sebagai sebuah Nusa Mukapramuka atau pulau yang terkemuka atau terkenal, teristimewa bagi Kerajaan Majapahit.

Ini semua tidak lepas dari hasil utama yang diproduksi oleh Kerajaan Landak melalui intan dan emasnya. Untuk menyimpulkan suatu pengertian, bahwa nama Kalimantan tercipta dan berasal dari komoditi terbesar pulau ini yaitu intan dan emas, terutama dari Landak, di mana sepanjang kali atau sungai, kaya akan potensi hasil tambangnya berupa emas dan intan. Dalam suatu pengertian kemudian, tersebut sebutan kali emas dan intan sehingga menjelma menjadi Kalimantan.

Sebagai lumbung emas dan intan tersebut, dengan sendirinya Kerajan Landak menempatkan diri pada suatu posisi sentral dan penting bagi dunia perdagangan laut. Kerajaan Landak dikunjungi tidak hanya untuk perdagangan, namun juga dalam suatu perkembangan budayanya.

Dalam hal ini selanjutnya, menjadikan Kerajaan Landak mengalami transisi budaya. Di mana animisme Kerajaan landak mendapat pengaruh yang kuat, sejak awal berdirinya dengan ibukota Ningrat Batur, Sepatah (1290 -1470) terus menjalin hubungan dengan kerajaan luar.

Semakin pesatnya hasil perdagangan intan dan emas dari Kerajaan Landak, sehingga para pedagang dari Semenanjung Malaka, Sumatra dan Jawa yang kemudian telah memeluk agama Islam dalam abad XIV, sehingga para pedagang mengadakan hubungan dengan kerajaan ini. Dari hubungan ini pula selanjutnya agama Islam meluas di Kerajaan Landak dan kemudian kerajaan ini menjelma sebagai Kerajaan Islam (tertua) di Kalimantan Barat.

Kerajaan Landak dikatakan sebagai kerajaan Islam tertua di Kalimantan (Barat), hal ini mengingat, titik utama perekonomian Nusa Tanjungpura ketika itu adanya di Landak. Sedangkan jalur perdagangan, merupakan salah satu proses pengislaman di pulau ini. Dan sebagai daerah tujuan utama perniagaan dengan hasil intan dan emas yapg terbesar, sehingga juga dari sepanjang daerah aliran sungai atau Kali Landak mengilhami nama Kalimantan.

Dengan demikian, sejak tahun 1470-72, Islam mulai masuk dan tersebar di Kerajaan Landak. Hal ini menandai juga berislamnya raja Kerajaan Landak yang kemudian bergelar Raden Abdulkahar beserta rakyatnya.